TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mengkhawatirkan adanya skenario besar untuk mewujudkan pemilu tidak aman setelah belakangan ini meningkatnya kasus kekerasan di daerah yang terkenal rawan konflik.
Direktur Advokasi YLBHI, Bahrain, mengatakan adanya kasus penembakan di Aceh yang sampai menyebabkan caleg tewas, untuk mengesankan bahwa wilayah Aceh itu rawan. Padahal menurutnya kondisi terkini Aceh sudah terbilang relatif aman.
"Kecenderungannya kalau ada pesta demokrasi, wilayah rawan konflik hidup kembali. Apalagi ada statement dari Kapolri bahwa Aceh, Papua, dan Poso daerah rawan. Kita tidak ingin ada legitimasi pemilu rawan," ujar Bahrain di kantor YLBHI, Senin (17/3/2014).
"Sebelum pemilu, bulan Oktober sampai Desember terus meningkat kasus kekerasan setiap bulan. Ini ada proses yang direncanakan bagaimana mendesignnya karena terus meningkat. Seharusnya kepolisian segera mencegah proses tersebut," katanya.
Bahrain juga mempertanyakan belum adanya kasus kekerasan jelang pemilu yang terungkap. Menurutnya hal itu semakin memunculkan kekhawatiran adanya skenario besar untuk menggiring opini bahwa pemilu tidak aman.
"Ini jadi tanda tanya siapa pelaku sebenarnya. Yang kami khawatirkan untuk skenario besar pemilu tidak aman. Harusnya polisi bisa mencegah sejak dini. Kami sayangkan peristiwa-peristiwa itu tidak pernahh terbongkar. Penembakan sampai 42 kali, yang punya senjata tentu bisa diselidiki," ujarnya.