TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi muda PDI Perjuangan Fahmi Habcy menyatakan sudah tak tertarik lagi untuk merespon kembali puisi yang akan dibuat Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon yang dikeluarkan 1 April 2014.
"Menurut saya puisi "Pemimpin Tanpa Kuda" dan "Rempong" sebagai epilog (penutup) dialektika sastra di pencapresan, yang cukup mewakilkan apa yang menjadi pemahaman serta pemikiran saya, juga harapan masyarakat yang saya temui," ujarnya dalam pernyataannya kepada Tribunnews.com, Selasa (1/4/2014) .
Fahmi melanjutkan, selanjutnya dirinya akan fokus mempersiapkan agenda-agenda menghadapi kecurangan pemilu yang sudah didepan mata. Mengingat jejak pileg dan pilpres 2009 yang masih kelabu.
Apalah artinya memperdebatkan pencapresan jika hasil pileg dicurangi ? Bagaimana bangsa serta parpol-parpol termasuk Gerindra mempersiapkan diri segala kemungkinan potensi kecurangan pileg dan pilpres?" Fahmi mengingatkan.
"Apa yang sudah disiapkan, lanjutnya lagi, strategi Gerindra dan parpol-parpol menghadapi operasi siluman? Kemudian, menekan para ketua KPUD di daerah, soal netralitas tempat tabulasi nasional serta potensi penyalahgunaan IT Pileg/Pilpres yang belum pernah diaudit sejak 2009 ? Fahmi mengingatkan kembali.
PDI Perjuangan, lanjutnya, siap membuka diri dan bekerja sama untuk mendiskusikan dan mensinergikan bersama Gerindra dan parpol lainnya.
Fahmi kemudian menginformasikan kepara para pembaca, dua puisi miliknya akan saya tulis tangan dan ditandatangani. "Dan insyallah saya akan usahkan untuk mintakan tanda tangan Pak Jokowi," imbuhnya,
Puisi itu akan dilelang kepada publik yang berminat untuk dibarter sebagai berikut . Sajak "Pemimpin Tanpa Kuda" dibarter 10.000 kaos untuk kampanye pilpres Jokowi.
"Seluruh kaos saya tersebut akan saya distribusikan bagi para pendukung Jokowi diseluruh Indonesia. Sajak Rempong akan saya lelang yang semua dananya disumbangkan untuk beasiswa dan tabungan (kasus) Siti Aisyah Pulungan di Medan yang sudah lebih dari setahun menjalani hidup di gerobak becak bersama sang ayah, M Nawawi Pulungan, 56," paparnya.
Kemudian, sumbangan semen serta bata untuk menambah bangunan untuk Pesantren Gelar di Cianjur yang Jokowi pernah mendatanginya 29 Maret 2014.
Dalam pertemuan tersebut, ujar Fahmi, Jokowi mendapatkan pesan dari Umi Sepuh Gelar berupa wasiat Sunan Gunung Jati untuk para calon pemimpin :
"Umi Sepuh Gelar Berpesan kepada Jokowi, tidak boleh lupa Purwadaksi (purwa wiwitan, daksi wekasan) asal-usul jati diri dan 'Ingsun Nitip Tajug Lan Fakir Miskin" bila kelak jadi Presiden yang tetap taat beribadah pada Allah SWT. Dan selalu memikirkan rakyat kecil dan bangsa Indonesia agar tetap disayang Allah SWT, dijauhi dari murka Allah SWT hingga akhir masa jabatannya," pungkas Fahmi.