TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Salah seorang siswi peserta Ujian Nasional (UN) dari Sekolah Menengah Luar Biasa Negri (SMLBN) bagian - A, Jakarta Selatan, Novitriyani (27) mengaku yakin bisa lulus sekolah, karena ia sudah mempersiapkan diri sejak beberapa bulan lalu.
Siswi yang menyandang tuna netra sejak lahir itu mengaku berharap bisa melanjutkan sekolah dengan mengikuti kursus, ia mengaku agak khawatir soal umur, karena ia sudah berumur 27 tahun.
"Saya ragu untuk melanjutkan kuliah, karena (masalah) umur," katanya.
Warga Bekasi Timur, Jawa Barat itu tidak tahu kalau melanjutkan ke perguruan tinggi tidak ada batasan umur. Novi berharap bisa melanjutkan ke sekolah keterampilan, namun ia belum tahu keterampilan macam apa yang akan ia ambil.
"Saya terserah bapak saya saja soal sekolah, saya ikut saja," ujarnya.
Kepala SMLBN bagian - A, Jakarta Selatan, Mutia, kepada wartawan mengatakan dengan mengantongi ijazah sekolah, seorang penyandang disabilitas bisa lebih berkembang, karena lebih punya ketrampilan dan kepercayaan diri untuk berbaur dengan masyarakat.
"Seperti Novi ini, dia bisa kerja sebagai call centre, resepsionis, bisa juga melanjutkan sekolah," ujarnya.
Kata Mutia kedepannya siswa berkebutuhan khusus akan dibaur ke sekolah reguler yang berstatus inklusif. Namun demikian hal itu belum bisa diterapkan, saat ini baru sebagian penyandang disabilitas saja yang sudah masuk sekolah inklusi, sedangkan seperti Novi masih bersekolah di SMLBN. (NURMULIA REKSO PURNOMO).