TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), berharap kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pemilu legislatif (pileg) 9 April lalu tidak terulang pada pemiluhan presiden (pilpres) 9 Juli mendatang.
Ketua PBNU, Said Aqil Siraj, dalam pembacaan Taushiyah 'Ammah PBNU di kantor PBNU, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (30/4/2014), mengatakan bahwa hal tersebut dibutuhkan agar pilpres berlangsung dengan aman dan lancar, serta menghasilkan pemimpin yang terbaik bagi bangsa, negara dan agama.
PBNU menganggap keikutsertaan secara aktif warga negara dalam pilpres, merupakan perwujudan dari rasa tanggungjawab akan kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Bahwa partisipasi dalam pilpres dapat dianggap sebagai bentuk ibadah, selama hal itu dilakukan secara baik dan benar, yang mengindahkan nilai-nilai agama dan moral," katanya.
Said mengatakan manakala partisipasi itu dilakukan dengan menghalalkan segala cara, maka hal itu merupakan bentuk kedurhakaan kepada Allah SWT dan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara.
PBNU juga menganggap praktik politik yang telah terbukti pada pileg kemarin, agar tidak berulang pada pilpres mendatang.
Aqil menuturkan bahwa praktik politik uang adalah salah satu bentuk suap, dan hal itu dilarang menurut agama.
"Sabda Nabi Muhamad SAW yang menyuap dan disuap dan perantaranya sama-sama masuk neraka," ujarnya.
Kepada warga NU khususnya dan masyarakat PBNU menghimbau untuk melakukan istighatsah, memohon pertolongan Allah SWT agar pilpres nanti dapat berlangsung dengan aman, damai dan lancar.
"Semoga presiden dan Wakil Presiden yang terpilih nanti benar-benar merupakan sosok pemimpin yang amanah, yang mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan," tuturnya.
Masyarakat juga dihimbau untuk menjaga tali silaturahmi, kendati terjadi perbedaan pilihan dan dukungan. (NURMULIA REKSO PURNOMO).