Laporan Richard Susilo, Koresponden Tribunnews.com di Jepang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dr Azyumardi Azra MA, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sangat bangga dengan laboratorium kedokteran sekolahnya yang dibuat dengan standar Jepang.
Bahkan saat pembangunan 2005 merupakan satu-satunya proyek pembangunan bidang pendidikan didanai Jepang. Lainnya saat itu yang didanai Jepang adalah proyek pelabuhan, infrastuktur dan sebagainya.
"Pembangunan gedung sekolah, laboratorium kedokteran sesuai standar Jepang, saya sangat senang karena tampaknya sangat canggih," katanya kepada Tribunnews.com, Selasa (8/7/2014).
Pembangunan gedung fakultas kedokteran UIN dengan dana sekitar 40 juta dolar AS, baik bangunan tempat perkuliahan, asrama tempat tinggal, laboratorium kedokteran, sampai kepada paket pembelajaran Doktor (S3) bagi 30 dokternya yang saat ini telah lulus semua.
"Semua 30 orang telah lulus dari Jepang dengan gelar PhD dan telah kembali semua ke Indonesia. Kualitas dosen harus tinggi walaupun kita baru untuk S1 Fakultas kedokteran di sini," paparnya.
Jepang dianggap Azra sebagai negara yang terbaik dalam kerja sama bidang pendidikan.
"Mereka selalu men-deliver, merealisasikan janjinya dalam kerja sama antarnegara," katanya.
Upaya Azra sempat tersendat saat mengajukan keinginan meminta dana dari Jepang terutama dari Bappenas yang saat itu dipegang oleh Dr Kwik Kian Gie.
"Pertamanya ditolak Bappenas karena keberatan kalau dana dari Jepang, pasti nanti konsultannya, pemborongnya semua dari Jepang. Tapi bagi saya tak jadi masalah. Yang penting kampusnya ada, gedungnya ada, laboratorium dan lainnya ada. Kalau kita membuat universitas yang bagus, maka anak-anak Islam bisa belajar dengan baik. Tapi kalau tak dibuatkan, maka mereka akan merasa terpinggirkan, bisa marah dan bisa radikal. Ini esensial bagi kami, jangan sampai kami merasa seperti tamu di negeri sendiri. Akhirnya disetujui juga dan direalisasikan tahun 2005," ujarnya.
UIN awalnya khusus ilmu agama Islam. Saat Azra menjadi rektor tahun 2002 dia mengubah menjadi Universitas tanggal 20 Mei 2002.
"Jadi kemudian bukan hanya pelajaran Islam saja, tetapi juga bidang lain, seperti ekonomi, bisnis, psikolog, kedokteran, farmasi, perawat, sastra dan sebagainya," jelasnya.
Selain itu juga membuat Fakultas sumber daya alam kebumian, geologi pertambahangan dan sebagainya dalam perkembangan dewasa ini.
"Hal ini bagus dilakukan supaya mahasiswa muslim jangan kemudian terkotak secara sempit hanya di bidang agama saja, tetapi bisa lebih luas sehingga cakrawala pemikiran luas sekali. Belajar banyak ilmu interaksi pola pikir akan terbuka," katanya.
Kemudian pemerintah Jepang sangat senang ketika dapat memberikan bantuan dana fakultas kedokteran tahun 2005. Satu-satunya proyek pendidikan dengan dana Overaseas Development Assistance (ODA) dimana lainnya berupa infrastruktur seperti perbaikan pelabuhan dan lainnya.
"Saya sempat beberapa kali ke Tokyo untuk mengurus dana ini meyakinkan Jepang bahwa dana bantuannya dimaksudkan agar para lulusan kedokteran nanti mau berpraktek di desa-desa karena Indonesia masih sangat kekurangan dokter," ungkapnya.
Azra menceritakan saat ke Jepang diantar ke kota luar Tokyo ke sebuah universitas dimana semua lulusan dokternya mau ke desa-desa.
"Inilah perubahan yang terjadi menuju Universitas (UIN), dari semula IAIN, dimana main streaming proses pengarus-utamaan supaya jangan terpencil pikiran kita, kalau terpencil bisa jadi radikal tidak baik. Makanya harus ada pula mempelajari bidang lain seperti sosial, anthropoligi sains dan kedokteran," katanya.