Ansyaad menegaskan kelompok teroris tidak pernah mengumumkan rencana serangan. "Mengenai edaran itu ya pasti ada kelompok lain memanfaatkan dengan pertikaian politik. Pihak bertikai juga tidak melakukan itu," ungkapnya.
Ia pun meminta masyarakat tidak perlu takut atas edaran tersebut. "Tidak perlu takut namun diminta tetap waspada," kata Ansyaad.
Sementara pengamat intelejen mengatakan ancaman kelompok ISIS terjadi pada pemilu kemarin. Namun, aparat keamanan sudah melakukan pengamanan berlapis di seluruh wilayah Indonesia.
"Pengamanan berlapis sesuai gradasi. Ini bukan rumor hal baru, tetapi memang tidak dibuka saja. Maka aparat melakukan upaya penambahan personil untuk deteksi dini," kata Wawan ketika dihubungi Tribunnews.com.
Wawan mengatakan kelompok ISIS di Indonesia banyak diisi orang baru yang simpatik dengan gerakan tersebut. Mereka merasa senasib sepenanggungan dengan perjuangan di Suriah.
"Sekarang juga situs terbuka mempelajari langsung atau praktek mandiri membuat bahan peledak. Ada juga yang diajak untuk dibaiat," kata Wawan.
Dengan baiat, kata Wawan, maka mereka secara psikologis terikat untuk memajukan gerakan ISIS. Wawan mengatakan kelompok tersebut banyak merekrut remaja. Sebab, mereka belum memiliki tanggungan keluarga dengan emosi yang masih labil. Remaja juga dinilai memiliki spirit yang militan.
"Lebih banyak memiliki sikap sentimen keagamaan. Ini berbeda dengan kelompok tua yang masih memiliki tanggungan serta kebutuhan ekonomi," ujar Wawan.
Sementara untuk pendanaan, Wawan melihat donasi dilakukan dengan jaringan dari luar negeri dan dalam negeri dalam bentuk uang.
"Ada juga logistik senjata dan amunisi tergantung kebutuhan wilayahnya," imbuhnya.
Untuk itu, Wawan meminta aparat tetap melakukan pengamanan berlapis. Tidak hanya TNI dan Polri tetapi masyarakat sipil.
"Waspada bukan hanya saat pilpres dan Idul Fitri tetapi menjelang 17 Agustus 2014," katanya.
Wawan mengatakan kelompok ISIS terdeteksi di Jakarta dan Malang. Adapula yang telah menetap di Suriah. Pola gerakan mereka tidak langsung kenegara tujuan tetapi pintu masuk melalui negara lain.
"Ada yang ke Yaman, Afghanistan dan Palestina. Mereka pergi dengan izin berkunjung seperti turis," ujarnya. (*)