Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Kholish Chered, dari Saudi Arabia
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH -- Kendati cukup efektif dalam proses imigrasi, sistem e-Hajj (electronical haji) yang diterapkan pemerintah Arab Saudi pada musim haji tahun 1435 Hijriah ternyata masih belum efektif dalam sistem transportasi jamaah haji.
Pihak naqobah masih sibuk menempel stiker barcode di paspor jamaah, sehingga prosesnya memakan waktu lama. Naqobah adalah gabungan perusahaan-perusahaan transporasi di Arab Saudi. Kalau di Indonesia, naqobah sama dengan Organda.
“Harusnya dengan e-Hajj, sistem barcode tidak perlu ditempel lagi. Jadi tidak efektif, makan waktu. Harusnya tinggal pakai alat tembak, karena semua sudah terintegrasi dengan sistem di imigrasi,” kata Kepala Daerah Kerja Jeddah, Ahmad Abdullah Yunus, kepada tim Media Center Haji (MCH) Jeddah.
Abdullah langsung menyampaikan keluhan tersebut kepada pihak Kementerian Haji Arab Saudi ketika pejabatnya sedang meninjau bandara. “Kalau di imigrasi enak tinggal tembak, tapi ini kenapa masih banyak stiker-stiker barcode yang ditempel sana-sini. Coba kalau naqobah punya satu alat tembak,” katanya.
Satu hal lagi yang menjadi ganjalan dalam sistem transportasi jamaah, terutama di bandara, pengguna tidak bisa memilih bus yang kondisinya lebih baik dari yang disediakan. Hal ini karena pemerintah Arab Saudi masih mengakomodir seluruh perusahaan bus yang ada di negara ini.
Padahal pemerintah melalui Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kementerian Agama telah meminta agar armada bus yang digunakan untuk mengangkut jamaah ke Madinah bisa di-upgrade. Seperti halnya bus dari Makkah ke Jeddah, Makkah ke Madinah, atau pun Madinah ke Jeddah dan Madinah ke Makkah. Bus-bus ini dalam kondisi prima dengan toilet di dalamnya.
Sedangkan bus yang mengantar jamaah dari bandara Jeddah ke Madinah saat ini tidak seluruhnya bagus. Perusahaan bus Hafil, misalnya. Sudah tiga kali armada yang mengangkut mobil ini mogok dalam perjalanan dari Jeddah ke Madinah, sehingga perjalanan yang semula 5-6 jam, molor hingga 8-10 jam.
“Di Makkah dan Madinah kita bisa upgrade, di sini susah, tidak bisa memilah-milah,” kata Abdullah.
Sebab sistem di bandara, naqobah memberlakukan jatah lima persen dibagi rata, termasuk kendaraan-kendaraan yang sudah tua.
Abdullah berharap dalam pelaksanaan haji mendatang, pihak bandara mengizinkan keinginan panitia untuk mengupgrade transportasi bus jamaah. “Sebab kasihan, sudah perjalanan jauh masih naik bus yang jelek,” katanya.
Naqobah sejauh ini hanya menjanjikan akan mengganti bus yang bermasalah. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, saat ini petugas di bandara mencoba membuat selebaran yang dibagikan kepada ketua rombongan agar segera memberitahu petugas di Jeddah jika bus yang ditumpanginya mogok agar bisa diinformasikan kepada naqobah. (*)