TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Sakitnya di Sini". Tembang dangdut dipopulerkan Cita Citata itu pun dirasakan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Eva Kusuma Sundari setelah gagal jadi menteri Kabinet Jokowi-JK diduga karena suaminya, Jose Antonio Amorim Dias berkewarganegaraan Timor Leste (dulu Timor Timur--red).
Eva pun hanya bisa 'geleng-geleng kepala' karena beberapa orang yang tidak berkontribusi untuk pemenangan Jokowi-JK pada Pilpres lalu, justru 'diangkut' menjadi menteri.
"Yang kurang kerjanya, tahu-tahu dapat 'bonus' (jadi menteri,-red). Yang awalnya nggak setuju pencalonan Jokowi jadi capres, tahu-tahu jadi menteri. Yang tadinya jadi penyandang dana di sana (kubu capres-cawapres Prabowo-Hatta,-red), tahu-tahu jadi pejabat. Yah itu politik," kata Eva saat bincang santai akhir pekan lalu.
Eva masih ingat betul, dirinya sampai jatuh sakit setelah mengikuti rangkaian kampanye Pemenangan Jokowi-JK pada Juni-Juli 2014. Berat badannya turun dan tekanan atau tensi darahnya meningkat tajam.
"Aku sakit, aku ambruk sehabis pencoblosan. Waktu itu, kepala pusing kalau berdiri, karena memang kurang tidur dan kecapekan rutinitas keliling kampanye. Waktu itu, tensi darah yang biasanya normal 120/80 mmHg, naik jadi 190/100 mmHg. Aku belum pernah sebelumnya dan tekanan darah anggota keluarga ku rendah," ungkapnya.
Menurut Eva, saat itu dirinya jatuh sakit karena kecapekan setelah mengikuti rangkaian kampanye Jokowi-JK selama hampir dua bulan. Apalagi, mobilitas Jusuf Kalla untuk kampanye keliling Indonesia terbilang sangat tinggi.
Ia mendapat beberapa tugas dari partai untuk pemenangan Jokowi-JK pada masa kampanye Pilpres. Mulai menjadi Koordinator Tim Media, Koordinator organisasi relawan-relawan pendukung Jokowi-JK di dalam dan luar negeri, mendampingi Jusuf Kalla berkampanye keliling Indonesia hingga menggalang suara secara langsung ke kelompok-kelompok organisasi perempuan di beberapa daerah.
"Saya ikut Pak JK ke mana-mana, ada sekitar 12 provinsi. Dalam sehari, bisa pindah-pindah di tiga provinsi. Saya sebagai koordinator relawan juga mengurusi pembentukan kelompok relawan, mulai mengurus SK pembentukan hingga menyuplai informasi tentang perkembangan politik untuk kelompok relawan di dalam dan luar negeri. Terkadang, saya juga datang ke kelompok relawan di Arab Saudi, Malaysia hingga Jerman," paparnya.
Menurut Eva, seluruh kegiatan dalam rangka pemenangan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden itu dilakukan mulai pagi hingga dini hari. Dan tak jarang, ia tertidur di mobil saat perjalanan kegiatan tersebut karena tidak sempat tidur pada malam sebelumnya.
Selain sakit, sibuknya Eva pada masa untuk pemenangan Jokowi-JK juga berdampak ke keluarganya. Dua anaknya, Maria Fatima Kusuma Dias dan Danny (18) dan Danny Surya Utama Dias (5) mengeluh kepadanya lantaran jarang pulang ke rumah demi kampanye Jokowi-JK.
"Anak yang paling besar saat itu Kelas 3 SMA dan saat-saat ujian. Dia komplen ke saya, dia gondok ke saya. Dia bilang, 'Ngapain ngurusin anak wong (anak orang), anak sendiri nggak diurusin.' Sekarang dia kuliah dan tinggal sama bapaknya di Kuala Lumpur, Malaysia. Yang kecil tinggal sama saya," ungkapnya.
"Saat itu memang saya pulang ke rumah paling sehari atau paling lama dua hari. Ketemu anak-anak di rumah pas saya pulang malam. Tapi, pagi saya nggak ketemu karena sudah langsung berangkat kampanye lagi," imbuhnya.