News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jokowi Didesak Bentuk Tim Pencari Fakta Selidiki Penembakan di Papua

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah mahasiswa warga Papua yang tergabung dalam Solidaritas Untuk Papua (SUP) menggelar aksi unjukrasa di depan Gedung Sate, Bandung, Rabu (10/12/2014).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo didesak membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) menyelidiki insiden penembangan di Paniai yang menelan lima sipil tewas. Sulit mengharapkan masyarakat Papua percaya terhadap Pemerintahan jika TPF tidak dibentuk dan hasilnya diumumkan ke publik.

Demikian pernyataan bersama Koordinator Jaringan Damai Papua (JDP) Pastor Neles Tebay, dan Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi Presiden Sihol Manullang, dalam rilisnya yang diterima Tribun di Jakarta, Sabtu (13/12/2014). TPF menjadi satu-satunya solusi jangka pendek.

Pastor Neles Tebay mengatakan, adanya pernyataan para pemuka agama di Papua Kamis (11/12/2014), supaya Jokowi jangan datang ke Papua untuk merayakan Natal, bisa dipahami. Masyarakat Papua sedang sedang berduka, rakyat mereka dibunuh begitu saja tanpa penyelesaian hukum yang jelas.

Sementara Sihol meyakini insiden penembakan warga sipil itu sudah didesain, ada aktor intelektual yang mengetahui kebiasaan masyarakat Papua. "Orang Papua sangat fanatik merayakan Natal. Kalau mau bikin ribut, ganggu saja mereka di Pondok Natal, pasti menjadi masalah," katanya.

Tebay dan Sihol berpendapat, sulit mengharapkan Polri dan TNI mengungkap masalah ini. Berbeda jika korban adalah petugas Polri. Dalam tempo singkat mereka akan mengumumkan analisis balistik. "Tapi kalau pelakunya petugas Polri, sulit mengharapkan keterbukaan informasi," kata Tebay.

"Maka anggota TPF harus dari luar Polri dan TNI, supaya bisa netral. Hanya kehadiran TPF yang bisa meluluhkan amarah masyarakat Papua sekarang ini. Kalau TPF dibentuk, saya yakin tidak ada masalah kalau Jokowi merayakan Natal di Papua," sambung Sihol.

Dari hasil penelitian Tim BaraJP di Paniai, Papua, pengemudi mobil Fortuner yang sengaja berkendara ke tempat latihan perayaan Natal dengan tidak menyalakan lampu (walau sudah malam hari), merupakan indikasi kuat sengaja mencari gara-gara supaya terjadi kerusuhan.

"Fortuner tanpa lampu di malam hari, pantas dicurigai sebagai indikasi sabotase terhadap Presiden Joko  Widodo (Jokowi), karena Jokowi akan berkunjung ke Papua pada tanggal 27 Desember 2014 yang akan datang," ujar Sihol.

Sihol mengkhawatirkan, kerusuhan sengaja direkayasa untuk memperkeruh suasana. "Mau memberi kesan bahwa Papua tidak aman, yang berdampak pada pengadaan sarana pendukung. Ini tidak sehat, tidak elegan. Komunikasi tidak harus dengan penumpahan darah rakyat," katanya.

Ia memastikan pengemudi mobil Fortuner tahu, kendaraan yang melintas malam hari pasti akan mendapat teguran dari warga. Boleh jadi sudah direncanakan, siapa yang menegur, itulah yang dipukuli. Kemudian, penyiksaan akan berbuntut panjang, mobil akan dicari warga.

Dengan insiden ini, Kapolri dan Panglima TNI bertindak tegas, memecat atasan aparat keamanan yang terlibat, mengadili semua pelaku dan pihak yang turut serta dalam penembakan terhadap warga yang lemah.

Lima korban tewas dalam aksi penembakan di Paniai, Papua. Sadai Yeimo, Habakuk Degei, Neles Gobai, Bertus Gobai, dan  Apinus Gobai. Sedangkan korban yang menderita luka-luka berjumlah 22 orang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini