News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jakob Oetama Menilai Buku Menjaga Api Jauh Dari Kesan Menggurui

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendiri sekaligus pemilik Kompas Gramedia, Jakob Oetama, memberikan sambutan dalam acara peringatan ulang tahunnya yang ke 80 di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (27/9/2011). Dalam acara tersebut juga diluncurkan sebuah buku Jejak langkah tentang kehidupan Jakob Oetama selama 80 tahun yang berjudul Syukur Tiada Akhir yang disusun oleh St Sularto. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo meluncurkan buku keduanya Menjaga Api. Apa pendapat Presiden Komisaris Kompas Gramedia Jakob Oetama mengenai buku itu?

Melalui pengantarnya, Jakob menilai buku yang ditulis Agung dengan memungut fakta-fakta keseharian yang terjadi dan menjadi perhatian publik, berkat publikasi media massa dan buku akan memotivasi membangun dan meraih kesuksesan.

"Buku disampai dalam gaya yang ringan, tidak sarat kutipan dan analis ilmiah. Tapi menurut saya apa yang disampaikan justru mencapai sasaran yakni jadi advokasi dan motivasi bagi siapapun yang ingin sukses," kata Jakob.

Jakob menilai kedua buku Agung Adiprasetyo masuk dalam buku edukatif. Menjadi pemenang, merebut tempat di deretan paling depan adalah dua kutipan yang paling sering disampailkan motivator.

"Ambisi harus dimiliki tapi harus bersikap ugahari, jangan ambisius. Dua kalimat itu harus dibangun dan dipupuk terus setiap orang yang ingin sukses,"   katanya.

Ditambahkan Jakob, kesuksesan tidak diraih dengan cara cara tidak etis, jauh dari penggalan petuah politis yang terlanjur salah kaprah Niccolo Machiavelly saat abad 16 yakni menghalalkan segala cara yang dalam turunan kongkret menzalimi pesaing, melainkan dengan mengembangkan diri dalam rel-rel etika meraih sukses.

"Yakni mengembangkan sikap dan meraih sukses lewat perjuangan keras yang keluar dari diri sendiri. Tidak melihat keluar tapi ke dalam," katanya.

Jakob menyebut, kutipan fakta publik yang ada dalam tulisan ditempatkan sebagai contoh, pelatuk penegas untuk premis-premis advokatif dan motivatifnya.

"Jauh dari sikap menggurui penulis ingin berbagi inspirasi sehingga bisa dipetik dan bermanfaat bagi pembacanya," katanya. (Eko Sutriyanto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini