TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tekanan pada Ketua KPK Abraham Samad kembali datang dari kalangan politisi.
Kali ini adalah Pelaksana tugas (Plt) Sekjen DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto.
Hasto mengungkit tulisan tentang Abraham Samad berjudul "Rumah Kaca Abraham Samad" di situs jurnalisme warga Kompasiana.com.
Hasto mengatakan pihaknya harus menjelaskan peristiwa sebenarnya, lantaran Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad membantah kebenaran tulisan warga atas nama Sawito Kartowibowo itu.
"Apa yang disampaikan Prof Chaudry Sitompul, Bapak Hadidjojo Nitimihardjo, dan Saudara Indra Ketaren pada tanggal 21 Januari, (yang) menyampaikan pengaduan publik ke KPK terhadap berita 'Rumah Kaca Abraham Samad', maka kami menyatakan bahwa berita sebagaimana yang tertulis itu sebagian besar benar adanya," kata Hasto saat jumpa pers, Kamis (22/1/2015).
Belum ada pernyataan Abraham Samad terkait keterangan yang disampaikan Hasto. (Baca: Plt Sekjen PDIP Minta Samad Akui Ingin Maju Dampingi Jokowi)
Berikut ini tulisan "Rumah Kaca Abraham Samad" yang dimuat di situs Kompasiana.com pada 17 Januari 2015 :
Rumah Kaca Abraham Samad
Sawito Kartowibowo
Dalam satu minggu ini adalah hari-hari yang berat bagi Jokowi, di satu sisi ia ditekan oleh Kubu Megawati untuk memunculkan Komjen Budi Gunawan, di sisi lain ia juga masuk dalam jebakan Samad. Sementara saat ini panggung Megawati berhasil diselesaikan oleh Jokowi, sementara panggung Samad dalam menggempur Jokowi belum berhenti. Jelas sudah, Samad berhasil memenangkan pertarungannya pada Jumat, 16 Januari 2019 dimana Jokowi mengambil jalan tengah, memberikan Pelaksana Tugas (Plt) Kapolri pada Komjen Badrodin Haiti, sementara Komjen Budi Gunawan diserahkan Jokowi pada KPK untuk menyelesaikan tugasnya. Jokowi sendiri memberikan garis bawah :
"Bukan Pembatalan Budi Gunawan, tapi Penundaan"
Arena politik sudah sampai pada fase ini. Apakah Samad masih menggunakan KPK untuk membereskan Budi Gunawan?, apakah Samad kemudian menyusun langkah-langkah baru politik?, Samad sendiri harus membongkar kronologi politiknya, pengumuman Budi Gunawan sebagai tersangka oleh Samad yang terburu-buru, juga tidak adanya pemeriksan dua sisi, yaitu : "siapa yang transfer duit ke BG, dan kenapa BG terima duit" menjadi pertanyaan besar disini "Apakah Samad Sudah Menjadi Pemain Politik?" Begitu juga harus ada pernyataan terang benderang, dimana saat ini KPK sudah mendapatkan bola panas Jokowi, soal dugaan kriminalitas Jenderal BG, publik harus tahu apa salah Jenderal BG, paralel juga publik harus tahu ada apa dengan Samad. Ini soal fair dalam melihat dua sisi.
Sebagai Komjen, BG juga sebenarnya tidak layak sebelum ada kepastian apakah bukti transfer itu menyalahi aturan etika kepolisian jadi tekanan publik yang digawangi Fadjroel Rahman, GM dan Abdee Negara ada betulnya karena masih ada wilayah abu-abu mereka ingin Kapolri bersih tapi publik juga berhak tau, namun publik juga berhak tahu siapakah Abraham Samad sebenarnya, apa motifnya ketika perlahan-lahan Samad head to head berhadapan dengan Jokowi terutama dalam colongan popularitasnya, tapi terkandung muatan politik di dalamnya. Juga "prediksi posisi Samad yang digunakan kelak untuk menghajar Jokowi".
Catatan ini hanya mengingatkan "Betapa Bahayanya KPK sebagai lembaga publik paling dipercaya bila dijadikan alat politik oleh Abraham Samad". Karena penangkapannya menjadi motif politik dan apakah Jokowi siap melawan manuver Samad, sementara di satu sisi Jokowi juga harus berhadapan dengan kelompok kepentingan di PDI Perjuangan.
Dalam status Facebooknya, Jokowi menulis dengan mengutip salah satu kalimat dari novel Pramoedya Ananta Toer : “Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?” mustinya Jokowi harus menambahkan lagi kalimat dari Pramoedya Ananta Toer yang ia harus dedikasikan ke Samad :