TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR Rieke Diah Pitaloka siap menggadaikan rumahnya untuk membiayai pengobatan bayi Ryuji Marhaenis Kaizan (5bulan). Ryuji menderita Atresia Bilier yang harus menjalani transplantasi hati yang memakan biaya Rp1,2 miliar.
"Saya siap menggadaikan rumah saya untuk Ryuji, tapi saya berharap tidak. Kami yakin pemerintah Jokowi bisa lebih baik dari sebelumnya. Kita pantau terus, jangan takut intimidasi," kata Rieke di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (6/2/2015).
Rieke mengatakan pengobatan Ryuji dikabarkan tidak bisa dilakukan di Indonesia sehingga harus mencari rujukan keluar negeri. Politisi PDIP itu menuturkan telah menghubungi Direktur Utama BPJS serta Kementerian Kesehatan dan RSCM.
Ia mendapat kabar bahwa Ryuji mendapat pantauan medis dan telah dipindahkan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dikarenakan bangsal anak RSCM sudah penuh. "Keluarga berhak cerewet agar mendapatkan informasi yang benar," ujarnya.
Jika harus dilakukan tindakan transpalantasi hati, kata Rieke, biaya ditanggung oleh negara. Kemudian koordinasasi intensif antara Kemenkes, BPJS Kesehatan dan pihak rumah Sakit agar tidak terjadi simpang siur.
Rieke mengusulkan Revisi Perpres 111 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan. Pasal 25 ayat 1 tentang pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi butir e: pelayanan kesehatan yang dilakukan diluar negeri.
Revisi yang diusulkan Rieke, 'kecuali bagi penyakit langka yang belum bisa ditangani di dalam negeri. Apabila kondisi keuangan BPJS Kesehatan tidak memungkinkan, maka negara wajib mengambil alaih tanggung jawab atas biaya pengobatan pasien'
Ryuji merupakan anak pasangan Ferry Yunizar-Luthfianti. Ia menceritakan saat lahir Ryuji tidak menangis dan terlihat biru. Penyakit atresia bilier yang diidapnya baru diketahui bulan lalu saat berobat di RSCM.
Awalnya, tubuh Ryuji terlihat menguning. Ferry kemudian membawanya ke klinik terdekat. Jawaban Klinik, Ryuji mengidap hepatitis. Lalu ia mencoba membawa Ryuji ke rumah sakit di Ciputat dan akhirnya dirujuk ke RS Fatmawati.
Hasilnya tetap didiagnosa hepatitis dan cukup diobati. Kemudian Ferry membawa Ryuji ke RS Pasar Rebo dengan perawatan selama enam hari. Namun, alat disana terbatas. Baru ketika bulan keempat, Ryuji dibawa ke RSCM dan didiagnosa mengalami Atresia Bilier.
Ferry mengatakan perjuangan mendapatkan biaya pengobatan dari BPJS sejak sebulan lalu. Semua syarat yang diminta BPJS dipenuhi mulai dari hasil rekam medis dan surat permohonan.
Kemudian ia dihubungi pihak BPJS yang ternyata hanya dapat memberikan biaya pengobatan Rp250juta. "Bukannya tidak terbatas? Kalau begini BPJS bohong dong," ungkapnya.