TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekitar 200 petani dari Batang, Jawa Tengah menggelar ritual ruwatan di kantor KPK pada Sabtu (7/2/2015) malam.
Aksi dari petani yang tergabung dari Rumah Tani Batang ini bertujuan untuk mendoakan lembaga KPK yang saat ini seluruh komisionernya tengah mendapat masalah hukum di Polri pasca-penetapan calon Kapolri, Komjen Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka korupsi terkait kepemilikan 'rekening gendut'.
Sejumlah prosesi ritual hingga pagelaran tradisional dilakukan oleh ratusan petani tersebut untuk jajaran KPK.
Ada doa bersama tolak bala, pembakaran kemenyan, persembahan Air Bunga Setaman, penyerahan hasil bumi atau selamatan (berupa beras, jagung, rambutan, ketela, cabai dan lain-lain dengan hiasan janur), musik dengklung, tari sufi, tari India menyanyikan lagu-lagu reformasi, salawat Nabi hingga melempar beras kuning ke pelataran kantor KPK.
"Air dan bunga itu tatkala kita ingin dekat dengan Tuhan, maka kita perlu bersih dan wangi. Beras kuning ini sebagai simbol keselamatan," ujar Alex, salah seorang pendamping aksi.
Aksi para petani itu menyedot perhatian sekitar seratus pegawai dan pejabat KPK, termasuk Deputi Bidang Pencegahan Johan Budi, turut menyaksikan persembahan dari para petani tersebut.
Bahkan, Johan Budi mendapat kehormatan mengenakan pakaian serba hitam dari Mbah Surona, sesepuh petani yang juga memimpin Kidung Rumekso atau doa tolak bala.
Mereka pun terlihat mengabadikan aksi para petani tersebut dengan kamera telepon genggam mereka.
Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sebab, biasanya Sabtu dan Minggu merupakan hari libur bagi pegawai KPK.