TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi menilai ancaman Brazil untuk memboikot sektor perdagangan ke Indonesia hanya gertakan semata. Hubungan kerjasama di sektor perekonomian menurut Sofjan masih terus berjalan, karena Brazil masih membutuhkan pasar di Indonesia.
"Enggak ada, boikot itu hanya emosi sesaat saja sesuatu yang terlalu serius," ujar Sofjan di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Selasa (24/2/2015).
Dengan sikap seperti itu, Sofjan dengan tegas setuju dengan langkah pemerintah untuk mengesekusi mati gembong narkoba asal negara Brazil. Pasalnya dengan ketegasan tersebut, Sofjan berharap negara lain bisa kapok membawa narkoba ke dalam negeri, tanpa ada campur tangan dari pemerintah Brazil.
"Putusan ini untuk memberikan efek jera jangan disalahtafsirkan," ungkap Sofjan.
Sofjan memaparkan masyarakat Indonesia bisa meninggal lebih banyak lagi akibat narkoba yang dibawa dari warga negara Brazil. Karena itu Sofjan berharap ada langkah yang konkrit menangani narkoba.
"Kalau 40 sampai 50 orang mati setiap hari karena narkoba tentu harus ada upaya," kata Sofjan.
Diberitakan sebelumnya, protes keras Pemerintah Indonesia ini telah disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia kepada Dubes Brasil untuk Indonesia pada 20 Februari pukul 22.00.
Duta Besar Toto Riyanto telah dipanggil pulang ke Jakarta sampai ada jadwal penyerahan credentials yang baru dipastikan oleh Pemerintah Brasil.Diduga tindakan Pemerintah Brasil ini ada hubungannya dengan hukuman mati yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap warga negara Brasil yang tersangkut kasus obat-obatan terlarang, Marco Archer Cardoso Moreira pada Januari 2015 silam.