TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Muhammad, dalam orasinya mengakui bahwa pada Pemilu 2014, masyarakat Indonesia permisif terhadap praktik politik uang.
Hal ini disampaikan Muhammad saat menyampaikan orasi ilmiahnya di hadapan Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah menteri dan tamu undangan serta sejumlah sivitas akademik Universitas Hasanuddin, Sabtu (28/2/2015).
"Contohnya di sejumlah sudut di kampung-kampung paling banyak ditemukan spanduk yang bertuliskan 'Kampung ini siap menerima serangan fajar'," ujar pria yang baru saja dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Sosiologi Politik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, itu.
Muhammad pun mengatakan bahwa sikap permisif masyarakat juga merambah masyarakat perkotaan yang relatif lebih maju.
"Ini kita rasakan dari populernya istilah NPWP yang berarti Nomor Piro Wani Piro (nomor berapa yang mau dipilih dan berapa bayarannya)," ujar Muhammad.
Oleh karena itu, agar pembiaran praktik politik uang tidak terjadi lagi di masa medatang, Muhammad merekomendasikan pentingnya membangun kesadaran dan pengetahuan politik pemilih untuk menjadi pemilih yang cerdas melalui pendidikan politik yang berkesinambungan.(Suhartono)