News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jaringan Kelompok ISIS

'Jihad Online' Pendukung ISIS di Indonesia Terus Berlanjut

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasukan ISIS berpawai di Raqqa, Suriah.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Langkah Kementerian Komunikasi dan Informatika memblokir situs al mustaqbal.net yang mendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dinilai belum cukup.

Peneliti intelijen dan terorisme UI, Ridlwan Habib, menyebutkan masih ada belasan situs pro gerakan ISIS di Indonesia.

“Mereka menggunakan domain-domain gratis seperti wordpress namun isinya dikemas sangat profesional,” ujar Ridlwan dalam keterangan pers, Senin (30/3/2015).

Ridlwan mencontohkan website propaganda pendukung ISIS yang beralamat diwww.khilafadawlaislamiyyah.wordpress.com.

Isinya berupa video-video ajakan bergabung ISIS dengan terjemahan bahasa Indonesia yang baik.

"ISIS mempunyai sayap mujahidin media yang disebut kataib al furqon atau dalam bahasa Indonesia berarti pasukan pembeda atau pembenar , ini anggotanya ada di Indonesia juga,” ujar Alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen UI itu

Kelompok pendukung ISIS juga memantau media massa umum yang mereka sebut sebagai media sekuler.

“Contohnya ketika ada sebuah talkshow di televisi terkait ISIS mereka langsung membuat video bantahannya dan merilisnya di website,” katanya.

Selain www.khilafadawlaislamiyyah.wordpress.com, ada juga situs shoutussalam.org yang selalu mengeluarkan video-video terbaru dari medan perang ISIS di Irak dan Suriah.

“Simpatisan atau pendukung ISIS selalu mempunyai cara untuk memperbaharui informasi, pembredelan satu atau dua situs tidak akan berdampak, hanya obat sesaat,” katanya.

Ridlwan menyebut pemerintah tidak punya strategi yang tuntas hingga akar masalah.

“Seharusnya kelompok-kelompok cikal bakal pendukung ISIS ini diajak dialog, didengar, lalu sama-sama dicari solusi. Tapi menteri agama tampaknya cuek saja,” kata peneliti yang pernah mendatangi lokasi perang gerilyawan muslim Sulu di Sabah, Malaysia itu.

Satu situs ditutup, akan muncul belasan, bahkan ratusan situs baru.

“Mereka siang malam berpikir dan merencanakan strategi dengan semangat, karena bagi mereka ini jihadnya yang imbalannya surga. Sedangkan aparat pemerintah sekedar menunaikan tugasnya sesuai gaji dari APBN,” katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini