News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketika Wapres dan Dewi Motik Berdebat soal Nuklir

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dewi Motik memberikan kata sambutan kepada para finalis Puteri Indonesia pada malam seni dan budaya/malam bakat Pemilihan Puteri Indonesia 2012-2013 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2013) malam. (Tribun Jakarta/Jeprima)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia hingga kini belum juga mengembangkan teknologi nuklir untuk pembangkit tenaga listrik.

Hal itu dikeluhkan oleh tokoh perempuan Dewi Motik. Ia mengaku sempat "gelagapan," saat ditanya rekan-rekannya dari luar negeri soal hal tersebut. Padahal 20 negara maju sudah mengembangkan teknologi tersebut.

Dewi Motik menceritakan hal itu langsung ke Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, dalam sesi tanya jawab di acara "Seminar Indonesia dan Diversifikasi Energi, menentukan arah kebijakan energi Indonesia," di hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (14/4/2015).

Ia mengaku ditanya rekan-rekannya saat menghadiri konferensi di Norwegia. "Nuklir itu wayout (jalan keluar), nggak usah pikirkan Saddam Husein, nuklir itu untuk perang, silakan yang berpikir begitu. Tapi negara maju sudah menggunakan nuklir," kata Dewi.

Wapres menanggapi dengan menyinggung di Norwegia 90 persen menggunakan tenaga Hydro. Namun sebelum Jusuf Kalla menyelesaikan pernyataannya itu, Dewi langsung memotong ucapan mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar itu.

"Bukan pak, maksud saya negara-negara maju sudah menggunakan nuklir," kata Dewi, namun Wapres kembali memotong kalimatnya itu.

"Iya saya tahu, tapi saya mau menyampaikan, kalau di Norwegia itu sembilan puluh persen (energi) nya dari Hydro, semua negara Skandinavia," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa tidak banyak negara yang memanfaatkan teknologi nuklir sebagai sumber energi. Di antara negara-negara maju yang menggunakan teknologi nuklir, hanya sebagian yang memanfaatkan hal itu untuk sumber energi, dua di antaranya adalah Jepang dan Jerman, yang sama-sama tengah mengurangi penggunaannya.

"Tidak semua seperti itu, bahwa mereka sudah memulai, iya," ujarnya.

Indonesia adalah negara yang terbentang di jalur gunung api atau "Ring of Fire," di mana berpotensi mengalami bencana gunung meletus akan lebih banyak mengalami gempa di bandingkan negara-negara lainnya. Hal itu kata dia tak baik untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.

"Kita membangun sesuatu itu harus sesuai lingkungannya, (kita) beda," tutur Wapres.

Jepang saja yang terkenal dengan disiplinnya, masih bisa mengalami bencana nuklir saat gempa disusul Tsunami mengguncang negara itu pada 2011 lalu, dan dikenal dengan tragedi Fukushima. Dibandingkan Indonesia, kata Wapres, Sumber Daya Manusia (SDM) tidak sedisiplin Jepang, berpotensi lebih besar mengalami bencana bila dibangun instalasi nuklir.

Pemerintah sempat berdiskusi dengan seorang ahli soal rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, dan diyakini Indonesia baru mampu membangun pembangkit tersebut dalam 10 tahun mendatang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini