TRIBUNNEWS.COM – Wali kota Den Haag, Joziaas van Aartsen meresmikan jalan Munir, yang diambil dari nama tokoh hak asasi manusia asal Indonesia, di Den Haag, Rabu (14/4/2015).
Sekitar 80 orang hadir dalam peresmian itu, termasuk istri Munir, Suciwati, beberapa pegiat hak asasi manusia asal Indonesia, serta mahasiswa Indonesia di Belanda.
Dalam sambutannya, Wali Kota Den Haag menyatakan apresiasinya atas perjuangan Munir. Ia menegaskan bahwa Kota Den Haag mendukung upaya pemajuan HAM yang diperjuangkan oleh almarhum Munir dan Suciwati.
Istri Munir, Suciwati menyatakan bahwa pengabadian nama suaminya itu merupakan sebuah penghormatan besar baginya.
"Sayangnya bukan di tanah airnya sendiri, bukan di negeri tempat ia lahir dan dibesarkan bersama orang-orang lain yang mengaku sebangsa,” katanya, seperti dikutip BBC Indonesia, Kamsi (15/4/2015).
Munir adalah seorang pegiat hak asasi manusia yang meninggal pada tanggal 7 September 2004 di atas pesawat jurusan Amsterdam dalam perjalanan untuk melanjutkan studi ke Universitas Utrecht, Belanda. Ia meninggal karena racun yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Prakarsa pemberian nama Jalan Munir ini disampaikan Walikota Den Haag pada acara Festival Film HAM, Movie That Matter di Belanda pada 2011 lalu. Namun janji tersebut baru bisa terpenuhi tahun ini, dilakukan di sebuah kompleks perumahan yang baru dibuka.
Selain pemberian nama jalan, nama almarhum Munir juga menjadi nama salah satu ruang pertemuan di kantor Amnesty International Belanda.