TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyaknya pihak yang terlibat ditubuh Pertamina Energy Trading Limited (Petral), dinilai pengamat energi sebagai salah satu faktor penghalang dalam membubarkan anak usaha PT Pertamina (Persero) pada waktu itu.
Wacana pembubaran Petral memang sudah digaungkan sejak pemerintahan terdahulu. Namun, keputusan tersebut tidak pernah tuntas dan akhirnya Petral tetap dapat menjalankan bisnisnya dalam hal impor minyak.
"Ini kan melibatkan semua pihak dan ini aspek stategis, bukan keputusan yang mudah (untuk membubarkan Petral)," kata Pengamat Energi Komaidi Notonegoro saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (19/5/2015).
Walau begitu, Komaidi melihatnya dengan sisi positif alasan pemerintah terhadahulu tak mampu membubarkan Petral.
Ia menilai, kemungkinan masih banyak aspek dan kajian yang belum lengkap yang akhirnya tidak dapat memutuskan untuk dibubarkan.
"Ya mungkin kajiannya di pemerintah belum lengkap, kan itu butuh proses. Banyak institusi yang dilibatkan," ucap Komaidi.
Untuk diketahui, pada pekan kemarin pada Rabu (13/5/2015) PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menghentikan dan mengambil alih seluruh kegiatan Petral, yang selanjutnya dimulai proses likuidasi perusahaan. Atas pengumuman ini, kemungkinan Pertamina ke depan dapat berhemat dalam hal kegiatan impor minyak.
"Kita belum tahu ya (hemat atau tidaknya), apakah ini berdampak baik atau sama saja. Kita tunggu saja beberapa bulan ke depan," ujar Komaidi.