News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Kepala BIN

Kasus 27 Juli 1996, Tedjo: Sutiyoso Sudah Dimaafkan

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Sutiyoso didampingi pengurus partai memberikan keterangan pers kepada wartawan di kantor DPP PKPI, Jakarta Pusat, Jumat (11/4/2014). PKPI menyesalkan beberapa lembaga survey yang menghitung hasil surveinya dua hari sebelum hari pencoblosan dan menyayangkan quickcount pada tanggal 9 april 2014 yang kurang akurat dapat mempengaruhi para pemilih yang akan melakukan pemilihan ulang di sekitar 400 TPS di 17 provinsi. Warta Kota/angga bhagya nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tedjo Edhy Purdjianto meminta penunjukan Letjen (Purn) Sutiyoso sebagai Kepala Badan Intelijen Negara tak perlu dikaitkan dengan peristiwa penyerangan ke kantor PDI pada 27 Juli 1996 lalu.

Sampai saat ini juga, kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo, belum ada bukti bahwa penyerangan tersebut didalangi atau melibatkan Sutiyoso yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kodam Jaya.

"Buktinya beliau sudah bergabung dengan PDI-P. Tak ada masalah. Sudah dimaafkan, istilahnya begitu," kata Tedjo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (10/6/2015).

Tedjo juga meminta publik tak melihat usia Sutiyoso yang sudah menginjak 70 tahun. Dengan usia itu, kata dia, Sutiyoso justru diyakini memiliki pengalaman yang mumpuni.

"Kadang orang sepuh, tapi pengalamannya lebih baik. Muda, tapi belum tentu juga. Kita lihat kapabilitas orang. Kalau beliau punya kemampuan itu, ya enggak ada masalah," ucapnya.

Hal yang terpenting, kata Tedjo, Sutiyoso sudah bersedia melepas jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia jika sudah resmi menjabat sebagai kepala BIN. Dengan begitu, tugas Sutiyoso tidak akan terganggu.

"Kalau sudah bersedia (lepas jabatan) berarti tidak ada masalah lagi," ucap Tedjo.

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan TB Hasanuddin sebelumnya mengaku heran dengan sikap Jokowi yang memilih Sutiyoso sebagai kepala BIN.

Menurut Hasanuddin, Sutiyoso memiliki masa lalu yang tidak baik dengan PDI-P terkait peristiwa 27 Juli 1996 yang dikenal dengan sebutan "Kudatuli".

Hasanuddin menganggap TNI di bawah Sutiyoso sebagai Pangdam Jaya saat itu terlibat penyerbuan kantor PDI-P di Jalan Diponegoro.

"Setahu saya beliau itu yang serbu kantor PDI-P. Saya tidak tahu pertimbangannya, saya harus tanya dulu," kata Hasanuddin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (10/6/2015).

Sutiyoso mengaku dipanggil Presiden Jokowi pada Senin (8/6/2015) untuk membicarakan pencalonannya sebagai kepala BIN. Ia mengaku siap jika dipercaya karena merasa memiliki kemampuan di bidang intelijen.

"Di Kopassus itu ada satuan intelijen dan saya lama di satuan itu. Mudah-mudahan saya bisa memenuhi harapan Presiden," ucapnya.

Sutiyoso berharap DPR menyetujui pencalonannya sebagai kepala BIN. Selanjutnya, ia berjanji akan mundur dari posisi Ketua Umum PKPI setelah resmi dilantik sebagai kepala BIN.(Ihsanuddin)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini