TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat menilai proses transaksi share swap saham Mitratel milik Telkom dengan saham PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) sangat transparan.
Hal tersebut dibuktikan dengan upaya Telkom melibatkan semua lembaga negara seperti BPK, BPKP, Kejaksaan Agung dan KPK.
"Transaksi ini sangat transparan karena semua lembaga penegak hukum dilibatkan. Karena itu agar fair sebaiknya semua pihak dipanggil, termasuk menteri BUMN, untuk cross check dan klarifikasi semua informasi ini," jelas Bima Arya, anggota komisi VI usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Direksi Telkom Kamis malam (25/6).
Dalam transaksi share swap, TBIG menawarkan monetisasi 100% saham Mitratel senilai Rp 11,2 triliun. termasuk di dalamnya kepemilikan 13,7% saham TBIG oleh Telkom.
Selain itu Telkom berkesempatan untuk menjadi pemegang saham mayoritas di TBIG melalui akuisisi saham publik maupun dari pemegang saham lain.
"Transaksi ini hanya upaya pertukaran saham. Telkom ingin menjadi pemegang saham mayoritas di TBIG, dibawah 50% tapi tidak lebih kecil dari 30%," jelas Alex Sinaga, Dirut Telkom di DPR.
Berdasarkan Conditional Share Exchange Agreement (CSEA) dengan TBIG, monetisasi Mitratel dilakukan dalam 4 bagian.
Pertama, TBIG akan membeli 100% saham Telkom di Mitratel dengan kepemilikan 13,7% saham di TBIG. Kedua, Telkom akan dapat bonus Rp 1,74 triliun setelah Mitratel bergabung dan mencapai target tertentu.
Ketiga, TBIG akan mengambil alih utang Telkom Rp 2,63 triliun.
Keempat, Telkom akan memperoleh dana Rp 543 miliar, untuk modal kerja atau tambahan aset setelah transaksi tuntas.
Dengan skema transaksi itu maka Telkom akan mendapatkan nilai moneter sebesar Rp 4,9 triliun plus kepemilikan 13,7% saham di TBIG.
Jika dikalkulasikan, nilai total 100% saham Mitratel melalui skema share swap dihargai sekitar Rp 11,2 triliun.
Transaksi share swap juga jauh lebih menguntungkan dibandingkan IPO.
Dengan menggunakan angka 2014 dan valuasi Telkom, jika dengan menggunakan ukuran nilai buku (PBV) maka 100% saham Mitratel hanya dihargai Rp 6,5 triliun.
Sementara dengan ukuran laba (price earning), nilai 100% Mitratel jauh lebih kecil, sekitar Rp 2,25 triliun.
Analis CLSA Securities Indonesia, Abdullah Hasyim mengatakan, berdasarkan transaksi Telkom dengan TBIG, valuasi menara Mitratel dihargai Rp 2,8 miliar - Rp 3,2 miliar.
Angka tersebut sangat tinggi mengingat tenancy ratio menara Mitratel hanya 1,1x, jauh dibawah industri sebesar 1,6x-1,9x.
Valuasi harga saham Mitratel ini jauh lebih tinggi ketimbang penjualan menara milik XL di tahun lalu yang hanya dihargai rata-rata sekitar Rp 1,6 miliar per menara.