TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) mengimbau para pemasang iklan untuk mencabut iklan yang menggunakan suara bedug dan adzan yang ditayangkan berdekatan dengan waktu berbuka puasa. Iklan itu dipandang tidak sesuai dengan kaidah etik pariwara Indonesia.
Penggunaan suara bedug dan adzan magrib dalam iklan tersebut bisa diinterpretasikan oleh konsumen bahwa saat berbuka telah tiba, padahal belum. Masyarakat yang mendengar iklan itu bisa tertipu.
“Kepada biro iklan yang membuat iklan-iklan seperti itu dan para klien mereka untuk segera menghentikan tayangan iklan tersebut atau segera merevisinya dengan menghilangkan suara bedug dan adzan,” kata Ketua P3I DKI Jakarta Irfan Ramli dalam pernyataan yang diterima Kompas.com, Jumat (10/7/2015).
Ia mengingatkan para operator stasiun televisi dan radio untuk peka terhadap iklan seperti itu. Di bulan Ramadhan ini, iklan produk air mineral dan mobil muncul dengan suara bedug dan azdan berdekatan dengan adzan mahgrib.
“Semoga tidak ada lagi tayangan adzan magrib yang ‘ditumpangi’ dengan pesan komersial dari suatu produk (baik secara halus ataupun tidak),” kata dia.
Dalam pernyataan yang sama, Ketua Badan Pengawas Periklanan P3I Ridwan Handoyo menyampaikan, dalam kitab Etika Pariwara Indonesia 2014 bagian II C disebutkan, iklan dan pelaku periklanan harus melindungi dan menghargai para pemangku kepentingan, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum.
Pada butir 2.27.3 kitab yang sama juga tercantum, penggunaan simbol-simbol keagamaan dalam iklan tidak boleh dieksploitasi, agar tidak menimbulkan perbedaan persepsi pada para penganut agama tersebut.
“Suara bedug dan adzan pada kasus di atas adalah bagian dari simbol keagamaan yaitu agama Islam,” kata Ridwan.