Mantan Ketua PBNU ini mempunyai hubungan yang kuat antara Said Aqil Siradj dan kelompok Syiah.
Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah Kiai Cholil Nafis menegaskan bahwa Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj membuat nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas al-Musthafa al-’Alamiyah, Qom, Iran.
Qom adalah sebuah kota yang merupakan ibukota Provinsi Qom di Iran. Qom menjadi sebuah kota suci bagi penganut Islam Syi'ah. Kota ini merupakan pusat pendidikan Syi'ah terbesar di dunia.
Menurut Kiai Cholil Nafis, dokumen kerjasama di bidang pendidikan, riset dan kebudayaan itu dilakukan tanpa sepengetahuan dan persetujuan Rais Am Syuriah PBNU yang saat itu dijabat KHA Sahal Mahfudz. Dokumen tertanggal 27 Oktober 2011 itu dibuat dalam dua bahasa, Persia dan Indonesia.
”Saya kopi yang berbahasa Indonesia karena saya gak begitu paham bahasa Persia,” katanya sembari memberi Dokumen MoU tersebut dalam versi bahasa Indonesia.
Menurut Cholil Nafis, Kiai Said Aqil tak bisa mengelak karena sudah ada dokumen resmi yang dia temukan.
”Di PBNU ada, di Universitas al-Mustafa juga ada,” tegas dosen Universitas Indonesia (UI) itu ketika ditanya dapat dari mana dokumen tersebut.
Ia mengaku pernah sekali berkunjung ke Universitas al-Mustafa al-‘Alamiyah. ”Saya kesana mewakili UI dalam urusan akademik,” katanya.
Bagi warga NU, isu ini sangat sensitif mengingat paham tersebut bertolak belakang dengan prinsip NU.
Said Agil Siraj saat ini masih menjadi Ketua Umum PBNU 2010-2015. Dia terpilih menjadi Ketua Umum pada Muktamar ke 32 yang diselenggarakan di Makassar setelah mengalahkan rivalnya Slamet Effendi Yusuf pada putaran kedua.
Pria kelahiran Cirebon 3 Juli 1953 ini, mempunyai latar belakang akademis yang luas dalam ilmu Islam. Alumni S3 University of Umm Al-qura dengan jurusan Aqidah / Firasat islam ini lulus pada tahun 1994 yang sebelumnya mengambil S2 di Universitas Umm al-Qura, jurusan Perbandingan Agama, lulus pada tahun 1987. Sementara S1 di Universitas King Abdul Aziz, jurusan Ushuluddin dan Dakwah, lulus pada tahun 1982. Dengan latar belakang ilmu pendidikan Agama yang kuat dijadikan modal Siradj dalam dakwah dan memperjuangkan Islam lewat NU.
Said Asad Ali
Wakil Ketua Umum PBNU Said Asad Ali juga digadang-gadang sebagai calon ketua umum pada Muktamar ke-33 ini. Menurut As'ad Ali, muktamar ini merupakah salah satu muktamar paling penting karena baru pertama sejak NU berdiri tahun 1926, muktamar diselenggarakan di Jombang sebagai kota asal para pendiri NU. Selain itu muktamar diselenggarakan menjelang peringatan satu abad NU.
“Muktamar kali ini dilandasi semangat menyambut satu abad NU. Organisasi NU adalah organisasi kemasyarakatan yang sangat kuat memegang tawasuth (moderat), tawazun (proporsional) dan tasamuh (toleran),” kata As'ad seperti dilansir situs resmi NU.