Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pelabuhan di Indonesia disebut-sebut belum bisa bersaing dengan negara tetangga di Asia Tenggara. Perbaikan serta persiapan harus terus dikebut guna menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang akan mulai berlaku akhir 2015.
"MEA ini di banyak sektor, termasuk pelabuhan. Kita harus punya program jelas supaya pelabuhan kita ini lingkupnya tidak hanya domestik tapi juga bersaing di negara-negara, minimal di Asia," kata Ketua Umum Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia (LKPKU FHUI) Kurnia Toha, Jakarta, Senin (24/8/2015).
Ia mengakui, sebagian besar pelabuhan di Indonesia cukup tertinggal dengan negara tetangga. Oleh karena itu, ia sangat berharap agar pemerintah mau konsisten untuk mengembangan pelabuhan di Indonesia.
"Walapun agak susah untuk mengejar ketertinggalan kita, yang harus ditekankan memang lingkupnya. Kita tidak bisa bicara lagi bicara persaingan pelabuhan di Indonesia, tapi dengan Malaysia, Singapura, Hong Kong, dengan negara lain," kata Kurnia.
Toha menambahkan salah satu penyebabnya ialah tak ada kesepahaman penafsiran undang-undang antar lembaga pemerintah. Pahadal, terkait bisnis pelabuhan yang dijalankan oleh BUMN pada dasarnya sudah diatur dalam undang-undang.
"Undang-undang yang mengatur kewenangan itu, sehingga tidak perlu lagi pemberian wewenang-wewenang lain," katanya.
Jika nantinya semua pihak telah sepaham, menurutnya, tinggal bagaimana Pelindo bisa bersaing di tingkat dunia.
"Indonesia ini nomor 22 dunia, masih jauh sekali. Pelabuhan Singapura sudah mengelola 13 pelabuhan di berbabagi negara. Jadi negara lain sudah jauh lebih siap. Kalau tidak segera disipakan di MEA kita masih jauh tertinggal," kata dia.