TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para tokoh sosial budaya yang tergabung dalam kelompok 'Punakawan' menemui Pimpinan DPR.
Mereka melakukan pertemuan dengan Ketua DPR Setya Novanto yang didampingi Wakil Ketua DPR Fadli Zon dan Agus Hermanto.
Dalam kesempatan tersebut, cendekiawan Emil Salim mengharapkan DPR sebagai tiang demokrasi bisa mengkaji kembali pembangunan tujuh proyek DPR. Ia menilai ada prioritas lain yang dapat dikerjakan DPR.
"Kenapa tujuh proyek DPR sekarang jadi mercusuar? Tujuh proyek DPR tapi tidak bisa dipakai untuk meningkatkan kualitas. Sekarang yang dibutuhkan oleh DPR adalah kualitas intelektual. Saya kira usulan pembangunan itu menyinggung hati nurani masyarakat kecil, sebaiknya ditunda," ujar Emil Salim di ruang Pimpinan DPR, Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/8/2015).
Hal senada juga dikatakan aktivis sosial Romo Benny Susetyo. Ia meminta DPR menunda tujuh proyek tersebut.
Menurut Romo Benny, seharusnya DPR melakukan tugasnya sebagai wadah aspirasi rakyat.
"Kita tunda dulu proyek itu. Lebih baik fokus di program dana desa. Ini bagus untuk dukungan masyarakat. Maka kita harus belajar krisis ini menjadi momentum kita untuk belajar,"ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua DPR Setya Novanto mengatakan pihaknya telah melakukan evaluasi terhadap proyek tersebut. Ia menegaskan tujuh proyek tersebut merupakan program DPR jangka panjang.
"Ini pengalihan kita lakukan, kita sudah evaluasi beberapa tahapan kecil, museum, tahapan ini sesuatu perhatian menyangkut budaya. Suasana sejuk menjadikan suatu yang luar biasa," kata Politikus Golkar itu.
Kelompok Punakawan terdiri dari Jaya Suprana, Mahfud MD, Adhyaksa Dault, HS Dillon, J Kristiadi, Romo Benny Susetyo, Emil Salim, Christianto Wibisono dan Profesor Sri Edi Swasono.