TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Biologi Puslit LIPI, Prof Tukirin, menjelaskan bahwa ekosistem hutan tropik pada dasarnya tidak dapat terjadi secara alami meski di musim kemarau dengan kondisi sangat kering sekalipun.
Menurutnya, dalam bencana kabut asap ini yang menjadi penyebab adalah kesalahan pengelolaan hutan yang kurang tepat.
Sehingga menyebabkan menurunnya kelembaban udara dan bukan kanopi hutan yang berakibat lantai hutan menjadi kering.
"Bahan-bahan runtuhan dan serasah itulah yang memicu kebakaran di areal hutan tropik di Indonesia," ujarnya saat di Kantor LIPI, Jakarta, Kamis (17/9/2015).
Dari hasil penelitian yang dilakukan LIPI, setidaknya terjadi penyusutan hutan sebesar 80 persen akibat kebakaran di wilayah Sumatera dan tidak ada lagi tumbuhan primer yang dapat bertahan pascakebakaran.
Namun, pihaknya tidak menampik adanya jenis tumbuhan lain yang akan tumbuh pascakebakaran seperti, mahang, anggrung, tembalik angin, dan jenis paku-pakuan.
Menurut Tukirin, hal tersebut, hanya akan dapat terjadi jika tidak ada yang menanam atau membudidayakan kelapa sawit di daerah terdampak.
"Itupun kalau tidak ada yang tanam kelapa sawit. Kan kita semua tahu, buat apa lahan itu dibakar," selorohnya.