TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo, menilai wajar selama satu tahun pemerintahan ini Presiden Joko Widodo membalas budi kepada pihak-pihak yang mendukung dan menyokong saat Pemilihan Umum Presiden 2014 lalu.
Menurut Soesatyo kondisi tersebut menjawab mengapa hingga saat ini program nawacita belum sepenuhnya dilaksanakan.
"Kalau sekarang dia balas budi itu menurut saya wajar-ajar saja. Itu jawaban kondisi mengapa kondisi kita sekarang belum sesuai harapan," kata Soesatyo saat diskusi bertajuk 'Setajun Nawacita' di warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (17/10/2015).
Soesatyo mengatakan Joko Widodo sebelumnya bukan lah siapa-siapa. Jokowi hanya seorang pengusaha kelas menengah dan walikota di Solo.
Jokowi juga tidak memiliki basis massa apalagi menjadi ketua umum partai. Akan tetapi, lanjut dia, Jokowi mampu memobilisir para konglomerat, bandar, partai politik yang menjadikannya sebagai presiden.
"Kita harus bangga, Jokowi termasuk keajiban dunia dalam hal kepemimpinan. Dari Solo tiba-tiba pimpin Indonesia," katanya.
Soesatyo mengaku menjalankan program Nawacita secara murni tidak bisa dilaksanakan dalam satu tahun.
Namun, dia mengingatkan bahwa Jokowi tidak bisa mengorbankan banyak hal hanya untuk menjalankan program tersebut. Soesatyo pun mencontohkan mengenai penguatan rupiah yang sangat cepat terjadi.
Menurut dia, Pemerintah harus mengeluarkan delapan miliar dollar dari cadangan devisa untuk penguatan rupiah.
Soesatyo mengingatkan, Pemerintah tidak hanya mengandalkan dari devisa untuk memperkuat nilai tukar rupiah.
"Tapi sampai kapan? Apa perlu kita habiskan devisa itu? tukas Soesatyo.