TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai tahun pertamanya sebagai Pemimpin Indonesia "sangat menantang". Terutama dalam mengelola ekonomi negara dan kabut asap.
Demikian disampaikan Presiden Jokowi dalam sebuah wawancara dengan Channel NewsAsia pada Sabtu (17/10/2015) di Istana Bogor, Jawa Barat.
Untuk antisipasi awal kabut asap, Presiden Jokowi mengatakan akan mendorong Pemda untuk berbuat lebih banyak mencegah kebakaran hutan dan lahan di wilayah masing-masing.
"Kami akan memanggil semua dari mereka untuk mengatasi hal ini," katanya.
"Harus ada langkah-langkah pencegahan sebelum terjadi. Jika pencegahan telah dilakukan, dan semua bertanggung jawab dari atas ke bawah, saya pikir hasilnya akan berbeda," kata Jokowi.
Karena, menurut Jokowi, jika sudah terjadi kebakaran hutan dan tercipta kabut asap, akan memakan waktu.
"Lahan yang terbakar tidak satu atau dua hektar, tetapi 1,7 juta hektar," katanya.
"Ini adalah area yang besar dan membutuhkan waktu."
Bulan lalu, Presiden Jokowi menyatakan, Indonesia memerlukan waktu untuk menyelesaikan masalah pembakaran lahan dan hutan yang mengakibatkan kabut asap.
Tiga tahun adalah waktu yang diperlukan untuk melihat hasil dari upaya mengakhiri masalah yang muncul setiap musim kemarau itu.
Negara-negara di Asia Tenggara dan kelompok-kelompok lingkungan lainnya telah mengkritik Presiden Jokowi karena gagal untuk menghentikan kabut asap di Indonesia.
Ekonomi
Saat awal pemerintahannya, Presiden Jokowi menjanjikan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan infrastruktur. Tetapi ekonomi tersandung, dengan pertumbuhan kuartal kedua yang tercatat hanya 4,67 persen.
Presiden Jokowi menyebutkan hal itu terjadi karena pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat atas "situasi eksternal yang berada di luar kendali kita". Namun, ia tetap optimis terhadap outlook perekonomian negara.
"Paling penting adalah kami masih dapat mengatur," kata Jokowi.
"Kami telah memulai dengan infrastruktur. Kami berharap ekonomi Indonesia masih akan tumbuh lebih dari tujuh persen setelah tiga atau empat tahun. Kami memiliki target itu." (CNA)