Melihat bekas tempat kerja dan keaktifan di organisasi yang masih digelutinya, tidak mungkin FEB berpekiran sempit dengan memprovokasi pendukung Persija untuk melakukan onar.
"Dia mantan petinggi media, lebih dari redaktur, dan aktif di Lembaga Bantuan Hukum PWJ," katanya.
Terkait dengan alasan polisi yang menciduk FEB, lantaran postingan di media sosil, menurutnya, polisi tidak membaca keseluruhan isi postingan sehingga salah membaca dan menafsirkan.
"Polisi tidak membaca postingan selanjutnya di twitter , ia menulis Jakarta aman, yang artinya ia mengingan jakarta kondusif saat digelarnya final Piala Presiden," tuturnya.
Meski sudah tidak lagi menjabat sebagai pengurus, Riki mengaku sering bersentuhan dengan FEB saat acara organisasi Jakmania.
Ia mengenal betul bagaiamana prilaku dan pemikiran FEB.
"Sering ngobrol, diskusi, dan jalan pemikirannya baik, ingin membawa Jakmania menjadi suporter yang baik yang dapat berkontribusi pada kemjuan Persija," katanya.