Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Politisi Hanura Dewie Yasin Limpo ditangkap di terminal 2F Soekarno-Hatta. Di terminal keberangkatan internasional dan domestik khusus maskapai Garuda tersebut, anggota Komisi VII Fraksi Hanura diciduk bersama salah seorang stafnya berinisial BWH (Bambang Wahyu Hadi).
Tidak ada perlawanan saat Dewie digiring oleh penyidik KPK yang dibantu personel bandara keluar dari terminal dua. Berdasarkan informasi dari pihak Otban, bersama stafnya, Dewie sudah melakukan boarding saat hendak ditangkap KPK.
"Dibawanya dari dalam terminal," ujarnya.
Tidak diketahui pasti ke mana Dewie dan stafnya tersebut akan bertolak. Namun juru bicara KPK Johan Budi menuturkan Dewie hanya akan terbang ke luar kota.
"Saat hendak ke luar kota, kita ajak untuk ke sini (KPK) dan tidak ada perlawanan saat dibawa," tutur Johan di Kantor KPK, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, (21/10/2015).
Johan menjelaskan tidak ada barang bukti uang saat penangkapan Dewie di Bandara. Bukti ditemukan saat operasi tangkap tangan (OTT) di sebuah restoran di Kawasan Kelapa Gading. Johan enggan menyebutkan rinci nama dan alamat restoran tersebut.
Beredar informasi yang menyebutkan penangkapan dilakukan di kawasan Mal Kelapa Gading.
Salah seorang staf kemanaan MKG mengatakan tidak mendengar informasi mengnai adanya penangkapan di mallnya. Ia mengatakan apabila penangkapan di dalam sebuah restaurant, Maka kemungkinannya banyak.
"Kalau restoran di sini banyak di seberang saja (seberang MKG) banyak restoran, belum lagi di jalan boulevard raya," atanya.
Menurutnya, apabila yang ditangkap pengusaha atau kalangan atas maka kemungkinan dilakukan di restoran Jalan Boulevard Raya, Kelapa Gading.
"Disana (boulevard raya) banyak restaurant mewah dan terkenal, belum lagi sebrang MOI ," paparnya.
Pantau Tribunnews, kecil kemungkinn pengankapan di MKG, lantaran tenant-tenant makanan/ restoran yang berada di lantai satu sangat terbuka dan dapat dilihat oleh pengunjung mall.
Dalam OTT yang dilakukan sekitar pukul 17.45 Wib Senin kemarin tersebut KPK menciduk enam orang yakni dua pengusaha berinisial S (Setiadi) dan Hr (Hari), ajudan berinisial Dv (Devianto), Ir (Irianus) sebagai Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Deiyai Papua, Sekretaris pribadi Dewi beinisial R (Rienaldo bandoso), dan salah seorang sopir mobil sewaan.
Saat OTT tersebut petugas menyita uang sebesar177.700 Dolar Singapura, dokumen, dan telepon genggam. Uang tersebut diduga merupakan uang pelicin untuk proyek pembangkit listrik tenaga mikro hidro di Kabupaten Deiyai, Papua.
Dibantu Otban
Dalam OTT dugaan suap proyek pembangkit tenaga listrik yang bernilai ratusan milyar tersebut, KPK menerjunkan dua tim. Satu tim bertugas menyelidiki dan menciduk di Kelapa Gading Jakarta Utara, dan satu timnya lagi menuju Bandara untuk "menjemput" Dewie Yasin Limpo.
Tim tersebut bergerak dengan waktu tidak jauh berbeda. Setelah melakukan OTT di Kelapa Gading, tim KPK lainnya langsung bergegas ke Bandara. Sebelum melakukan penangkapan Tim KPK meminta izin terlebih dahulu kepada pihak Otoritas Bandara Kementerian Perhubungan dan meminta bantuan personel Polres Bandara. Setelah mendapatkan izin, penyidik langsung membawa Dewi dan stafnya ke KPK.
"Kami mengucapakan terimakasih kepada otoritas Bandara dan Polres Bandara Cengkareng," tutur Johan.
Setelah melakukan pemeriksaan KPK akhirnya menetapkan S dan Ir sebagai tersangka pemberi suap, Dewie dan dua anak buahnya BWH danBr sebagai penerima suap.
Sementara itu tiga orang lainnya yakni pengusaha H, ajudan, serta sorang sopir mobil sewaan kemudian dilepaskan.
"Sisanya telah dipulangkan ke tempat masing-masing," paparnya.