TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Komunikasi dan Informas Kemenpolhukam Agus Barnas mengungkapkan, rencana penggunaan kapal perang sebagai tempat pengungsian korban kabut asap merupakan alternatif terakhir yang ditempuh pemerintah.
Menurutnya, sejauh ini, pemerintah baru membentuk shelter-shelter pengungsian di darat.
"Kami bentuk shelter di setiap tempat di daerah, yang asapnya tidak terlalu parah. Di situ kami pasangkan AC dan alat pembersih udara. Jadi untuk kapal perang itu alternatif terakhir," kata Agus saat dihubungi wartawan di JakartaSenin (26/10/2015).
Agus menambahkan untuk evakuasi warga pemerintah tidak melakukan seperti bedol desa. Polsek dan Koramil, ujarnya, bersama dinas sosial diminta mendata warga yang rentan terhadap asap.
Seperti kaum ibu, anak-anak dan lansia, mereka akan ditempatkan di setiap shelter. Menurutnya, Shelter bisa dibuat di gedung pemerintah mau pun sekolah.
"Jika di suatu tempat itu sudah tidak ada tempat yang baik udaranya, baru dipindahkan ke shelter di daerah lain," kata Agus.
Meski demikian, lanjut Agus, enam kapal perang tetap disiapkan untuk evakuasi warga yang rentan. Tiga kapal ditempatkan di Sumatera Selatan, adapun sisanya di Kalimantan.