TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan bahwa dari Juni hingga Oktober 2015, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menghabiskan anggaran Rp. 500 miliar untuk menangani bencana kabut asap.
Dana tersebut diperoleh dari anggaran siap pakai dari BNPB yang sudah disiapkan pemerintah pusat.
"Kami punya dana on call hingga Rp. 2,5 Triliun. Jadi masih aman kalau kami pakai untuk penanggulangan hal ini," paparnya di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (30/10/2015).
Sutopo menjelaskan bahwa dana tersebut terpakai untuk pembiayaan operasional dan sewa pesawat serta helikopter, pengaktifan posko bencana tanggap darurat serta operasional petugas yang berada di sebaran wilayah terdampak.
Dirinya juga mengatakan bahwa hingga hari ini, terdapat 31 unit pesawat dan helikopter water bombing yang masih beroperasi di Sumatera dan Kalimantan.
Kemungkinan untuk menambahnya anggaran juga dikatakan oleh Sutopo mengingat pemerintah masih akan menyewa 10 hingga 15 unit pesawat water bombing dari Kanada.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa sebenarnya, kebakaran hutan tidak perlu berlanjut seperti saat ini, jika pemerintah daerah langsung memberikan pernyataan untuk menaikkan status.
"Biar kami bisa langsung bergerak. Kalau tidak ada menaikkan status malah kami yang repot. Nanti malah kami yang kena BPK," katanya.
Selain itu, dirinya juga berharap agar seluruh perusahaan yang berada di sekitar lahan yang terbakar untuk mempunyai pesawat sendiri guna mengantisipasi kebakaran hutan yang meluas.
"Pesawat Rusia yang saat ini beropreasi itu dibayar sama Sinarmas. Makanya ke depan perlu diwacanakan harus punya helikopter atau pesawat untuk menjaga daerahnya," kata Sutopo.