News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pak Raden Meninggal

Perjuangan Pak Raden untuk Boneka Si Unyil

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seniman wayang, Suyadi atau yang dikenal sebagai Pak Raden membawa karya lukisan saat akan bertemu Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (13/9/2013). Pak Raden menawarkan lukisan karyanya dengan judul Perang Kembang kepada Jokowi dengan harga Rp 60 juta yang rencananya hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk menerbitkan buku tentang wayang. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebelum meninggal dunia di Rumah Sakit Pelni, Petamburan, Jakarta Barat, Jumat (30/10/2015), pukul 22.20 WIB, tokoh kenamaan dalam film boneka Si Unyil, drs Suyadi atau lebih dikenal dengan Pak Raden, pernah "mengamen" di rumahnya untuk memperjuangkan hidup dan hak cipta atas karakter boneka ciptaannya itu.

Pak Raden mengeluh karena karakter Si Unyil, yang diciptanya, tak menghasilkan royalti sedikit pun untuknya. Pada 14 Desember 1995, ia membuat kesepakatan penyerahan hak cipta atas nama Suyadi kepada Perusahaan Umum Produksi Film Negara (PPFN). Pada Pasal 7 surat perjanjian tertulis itu, kesepakatan kedua belah pihak berlaku selama lima tahun terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian tersebut.

Akan tetapi, PPFN menganggap bahwa perjanjian penyerahan hak cipta tersebut tetap pada PPFN untuk selamanya. "Oleh karena itu, beliau sore ini mengamen untuk menggalang dana," ujar Nanang, yang sehari-hari menemani Pak Raden di rumahnya, Jalan Petamburan III, Slipi, Jakarta Barat, 14 April 2012.

Dengan menggunakan kursi roda dan disaksikan oleh para penggemarnya, Pak Raden melantunkan sejumlah lagu yang pernah dipopulerkannya di masa lalu. Pria kelahiran 28 November 1932 di Jember, Jawa Timur, itu tetap enerjik menyanyikan lagu "Sol Do Iwak Kebo" di depan teras rumahnya.

"Saya baru sadar, setiap bangun tidur saya mulai dengan menyanyi," kata Pak Raden, yang menyebut Si Unyil sebagai sebuah kegagalan.

Ia mengatakan, kalaupun menerima pendapatan dari karakter itu, ia mendapatkannya dari honor mengisi suara di program Laptop Si Unyil. "Saya tidak menerima satu sen pun," ujarnya mengenai royalti atas tokoh anak-anak tersebut.

Arief Maulana, koordinator teman-teman muda Pak Raden, mengatakan, acara ini dibuat untuk mengetuk hati masyarakat Indonesia terhadap kehidupan Pak Raden. Melalui acara itu, ia meminta dukungan memperjuangkan kembali hak cipta Si Unyil kembali ke Pak Raden.

Selain menyanyi, dalam acara tersebut Pak Raden juga menjual sejumlah barang, seperti kaus warna kuning cerah yang dijualnya dengan harga sesuai keikhlasan penonton. Kaus itu laku Rp 120.000. Pak Raden juga menjual buku-buku yang dibuatnya seharga Rp 125.000 untuk empat seri.

Pak Raden berdandan mirip seperti karakternya dalam serial Si Unyil. Dengan menggunakan kumis, belangkon, pakaian adat Jawa warna gelap, dan tongkat. Meski telah berusia hampir 80 tahun dan harus berjalan dengan tongkat, ia tetap bersemangat mengikuti acara tersebut hingga selesai.

Pak Raden tinggal dalam rumah berukuran 100 meter dengan tiga kamar, satu kamar tamu, dan sebuah dapur. Rumah tersebut tampak kusam dengan atap yang bocor dan rusak tak terawat. Pak Raden tidak menikah dan tidak memiliki keturunan. Di rumahnya, ia hidup bersama dua orang pengasuhnya, Madun dan Nanang.

Menurut Madun, Pak Raden menggantungkan hidupnya dari melukis dan juga melakukan pertunjukan boneka sebagai keahlian. Seiring dengan perkembangan zaman dan usia, pertunjukan boneka merosot tidak seperti zaman masa jaya Si Unyil.

Kini Pak Raden telah berpulang dalam usianya yang ke-82 tahun. Sang cucu, Ilona, mengatakan bahwa Pak Raden meninggal dunia setelah mengalami penurunan kondisi kesehatan pada Jumat (30/10/2015) siang.

"Iya benar, Pak Raden meninggal dunia jam 22.20 WIB di rumah sakit Pelni Petamburan," kata cucu Pak Raden, Ilona dalam wawancara per telepon dengan Kompas.com di Jakarta, Jumat malam.

"Tadi siang masuk ke ICU (intensive care unit), dia ada infeksi berat di paru kanan, dia juga demam tinggi. Waktu itu ibuku nemenin," tambah Ilona.(Irfan Maullana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini