TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa berkomentar terkait adanya tudingan pertemuan rekayasa antara Presiden Joko Widodo dengan sekelompok warga dari Suku Anak Dalam yang menjadi pergunjingan di sosial media.
Khofifah menegaskan pertemuan tersebut tidak direkayasa.
Ia menegaskan foto yang beredar dan analisis yang disampaikan di sosial media tidak benar bahwa Presiden bertemu dengan orang yang sama dalam dua peristiwa pertemuan.
"Aku sampai geli, gimana bisa kepala dianggap sama. Bagus kalau anda turun lalu dicek rambut mereka tebal-tebal. Kalau anda lihat dari belakang ya sama semua. Jadi apakah yang di Batanghari, di Merangin, ya tebal-tebal lagi. Saya dari depan pun bilang mereka mirip-mirip ya," ujar Khofifah di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/11/2015).
Khofifah menjelaskan pertemuan yang dilakukan Presiden tersebut dalam waktu yang berbeda dan lokasi yang berbeda.
Di dalam foto yang beredar di sosial media, terlihat Presiden berbincang dengan sekelompok warga yang tidak mengenakan pakaian, hanya gunakan cawat. Itu merupakan pertemuan pertama.
Kemudian, pertemuan kedua yaitu di suatu rumah bersama sekelompok warga yang mengenakan pakaian.
"Itu titik pertama adalah dimana yang hutannya terbakar, mereka itu waktu presiden datang, 10 hari di tempat itu, setelah itu, masuk titik kedua, itu yang sudah KAT, KAT itu komunitas adat terpencil. Itu dibangun oleh Kemensos di tahun 2013, ditempati di 2014. Ini beda tempat, beda orang, beda situasi. Aku loh heran, dibilang orangnya sama, kan saya itu ngecek lapangan," ucap Khofifah.
Khofifah menegaskan dua kelompok yang bertemu dengan Presiden dalam waktu dan lokasi yang berbeda itu berbeda kelompok atau nama lainnya Tumenggung.
"Mereka di Taman Nasional Bukit Duabelas ini kan bertumenggung-tumenggung. Jadi tempat pertama dan kedua beda tumenggung. Tumenggung itu seperti kelompok lah ya. Itu beda tumenggung. Yang di pertama, mereka yang dari dalam, karena hutannya terbakar, karena mereka kepinggir," ucap Khofifah.