Fabian Januarius Kuwado/Kompas.com
TRIBUNNEWS.COM - Angka anak Indonesia yang menjadi korban kejahatan seksual tergolong mengkhawatirkan.
Catatan Unicef dan United Nations Population Fund (UNFPA), sekitar 70 ribu anak Indonesia menjadi korban kejahatan seksual anak.
"Di Indonesia, diperkirakan sebanyak 70.000 anak menjadi korban eksploitasi seksual, termasuk prostitusi anak," ujar Koordinator Nasional End Child Prostitution Child Pornography and Trafficking of Children for Sexual Purposes (ECPAT) Indonesia Ahmad Sofian melalui siaran pers, Minggu (13/12/2015).
"ECPAT Indonesia memperkirakan peningkatan anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual mencapai 30 persen di tahun 2015 ini," lanjut dia.
Peningkatan angka itu, papar Sofian, terkait dengan situasi di kawasan Asia Tenggara dan Selatan yang selama ini dijadikan wisata seks anak, yakni Thailand dan Filipina.
Di negara-negara itu, perang terhadap praktik kejahatan seksual pada anak tengah gencar-gencarnya.
Akibatnya, industri seks di mana anak-anak menjadi tereksploitasi berpindah ke negara lain, yakni Kamboja, Vietnam, dan Indonesia.
Di Indonesia, kata Sofian, geliat industri itu tersebar di beberapa destinasi wisata, yakni Bali, Jakarta, Surabaya, Bandung, Lombok, dan Pulau Batam.
"Peningkatan itu juga berbanding lurus dengan meningkatnya permintaan konsumen atas jasa layanan seksual anak-anak," ujar Sofian.
Di sisi lain, lanjut Sofian, penegakan hukum di Indonesia soal kejahatan itu masih tidak 'bergigi'. Bahkan untuk sekadar akses anak-anak korban eksploitasi seksual kepada pelayanan bantuan hukum, pemulihan dan rehabilitasi, juga masih kurang.
Sofian mengatakan, untuk membahas persoalan tersebut, ECPAT akan mengadakan konferensi tentang peningkatan perlindungan dan rehabilitasi anak korban seks komersial se Asia Tenggara, 14 hingga 15 Desember 2015 besok di Hotel Pullman, Jakarta.
Satu di antara topik yang akan diangkat dalam konferensi itu adalah mendorong perlunya pemerintah menyediakan pusat pemulihan bagi korban eksploitasi seksual anak di Indonesia. Sejauh ini, pusat pemulihan semacam itu hanya difokuskan bagi orang dewasa.