TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak mudah bagi Yustince Runtuboi untuk bisa hadir pada perayaan HUT ke-70 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, Minggu (13/12/2015).
Kepala SD PGRI Dawai Kepulauan Yapen Papua ini harus menempuh perjalanan darat, laut dan udara, untuk bisa hadir di Jakarta. Kepada Tribunnews.com, Yustince mengaku dari desanya ia harus menaiki speedboat sampai daerah Serui. Perjalanan menyisiri pantai selatan pulau Yapen selama dua jam itu, bertarif Rp 200 ribu.
Sampai 'di Serui ia harus berganti kapal. Wakil Ketua PGRI Dawai itu kemudian menaiki kapal selama empat jam perjalanan bertarif Rp 400 ribu, menuju "Leher Burung" pulau Papua. Dari situ perjalanan beberapa jam ditempuh sampai Biak, di mana terdapat penerbangan ke Jakarta.
Total uang yang harus ia keluarkan untuk membayar ongkos ke Jakarta dan kembali lagi, adalah sekitar Rp 7 juta rupiah. Ongkos itu ia bayar dengan uangnya sendiri, tanpa bantuan dari siapapun.
"Kami tidak ada bantuan, itu uang sendiri," ujarnya.
Padahal imbauan sudah dilayangkan ke para guru, untuk tidak menghadiri perayaan HUT ke-70 PGRI. Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenpanRN), Yuddy Chrisnandi, mengeluarkan surat edaran nomor B/3909/M.PANRB/12/2015 tertanggal 7 Desember 2015.
Yustince mengaku sudah tahu imbauan tersebut. Awalnya ia sempat ragu untuk berangkat, namun penjelasan Ketua PGRI di media, membuatnya yakin untuk datang.
"Saya harus hadir. Selain saya pengurus PGRI, di acara ini akan ada aspirasi yang disampaikan, untuk nasib guru," ujarnya.
Aspirasi yang ia maksud, adalah sikap PGRI terhadap pemerintah, yang antara lain berisi dorongan agar pemerintah memperbaiki nasib guru. Sedainya pernyataan sikap itu dibacakan di depan Presiden Joko Widodo, namun sang Presiden urung hadir.
Presiden menunjuk Menteri Kordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani untuk menggantikannya. Absennya Presiden sempat membuat ratusan ribu guru yang hadir di acara tersebut kecewa.
Ketidakhadiran Presiden diumumkan oleh Sulistiyo dalam sambutannya. Pengumuman tersebut direspon dengan teriakan "wuuu..." oleh sebagian besar guru yang memadati tribun stadion terbesar di Indonesia itu.
Yustince juga merupakan salah seorang yang kecewa, karena ia berharap bisa salaman dengan Presiden di acara tersebut. Namun hal itu tidak mungkin terjadi, karena Presiden batal hadir.
Sulistiyo kepada TRIBUNnews.com, mengakui bahwa sebagian besar guru kecewa karena ketidakhadiran Presiden. Karena Presiden yang saat kampanye sempat berjanji akan memperjuangkan nasib guru, selama setahun lebih pemerintahannya, belum pernah sekalipun menyambangi PGRI.
Surat undangan untuk Presiden sudah disampaikan lebih dari satu bukan lalu, melalui jalur resmi. Kepastian bahwa Presiden tidak hadir, baru diberitahu kemarin, Sabtu (12/12). Menteri Sekretaris Kabinet, Pramono Anung menghubunginya langsung, dan menyampaikan kabar tersebut.
"Katanya pak Presiden ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditinggalkan," terangnya.