TRIBUNNEWS.COM - Belakangan ini, publik dihebohkan dengan berita tentang organisasi kemasyarakatan bernama Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Diduga, organisasi yang disebut-sebut radikal tersebut menjadi dalang hilangnya sejumlah orang, terutama di wilayah DI Yogyakarta.
Meski berdiri pada tahun 2012, nama organisasi ini kembali mencuat bertepatan dengan hilangnya seorang dokter cantik bernama Rica Tri Handayani.
Rica yang diduga bergabung dengan Gafatar ditemukan polisi bersama anaknya setelah dua minggu menghilang.
Dokter asal Lampung tersebut dijemput polisi di Bandara Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Senin (11/1/2016), saat hendak terbang menuju Semarang, Jawa Tengah.
Berdasarkan penelusuran TRIBUNNEWS.com di laman situs resmi milik organisasi tersebut, www.gafatar.org, Gafatar diresmikan pada 21 Januari 2012 di Gedungt JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Disebutkan dalam situs tersebut, dukungan pembentukan Gafatar diperkuat dengan pernyataan 14 DPD oleh Ketua DPD Jawa Tengah saat itu, M Hadi Suparyono.
Tak hanya itu, dalam acara deklarasi tersebut, Ketua Umum Gafatar Mahful Tumanurung juga membeberkan visi dan misi organisasi tersebut.
"Berisikan uraian ketuhanan, kemanusiaan, tekad persatuan, persamaan hak, kerakyatan, keadilan, dan kebudayaan, dan nilai2 luhur budi pekerti yang terkandung dalam budaya Nusantara maupun Pancasila," demikian tulisan dalam laman situs tersebut mengutip pidato dari Mahful.
"Patut digaris bawahi, Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) didirikan bukan atas dasar kepentingan kelompok, golongan, aliran, suku, agama, kepercayaan atau ras manapun," begitu tulisan dalam laman situs tersebut.
Dalam sepak terjangnya, Gafatar kerap melancarkan kegiatan sosial, seperti yang terlihat pada laman situsnya.
Salah satu kegiatan yang dilakukan organisasi Gafatar adalah donor darah secara rutin sehingga membuahkan apresiasi tinggi dari Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta Selatan.
Selain itu, masih banyak kegiatan yang dilakukan oleh Gafatar dan dipajang di laman situs milik mereka.
Seperti termaktub dalam laman situs tersebut, organisasi Gafatar tersebar di 34 provinsi di wilayah Indonesia, salah satunya DKI Jakarta.
Sementara, di Jakarta, Gafatar memiliki akun Facebook yang tercatat telah menghimpun 3.115 teman.
Dalam akun Facebook-nya, terdapat pemberitaan yang menyebutkan Gafatar Jakarta sempat berdialog dengan Wakil Wali Kota Jakarta Selatan.
Tercatat, pemberitaan tersebut menjadi update terakhir akun Facebook milik Gafatar yang tercatat pada tanggal 23 April 2015.
Hingga berita ini disusun, pihak Gafatar belum memberikan keterangan.
Dicurigai sesat
Seiring berjalannya waktu, sejumlah pandangan mencurigai bahwa organisasi Gafatar merupakan aliran.
Di Kupang, misalnya. Pada 2013, kelompok Gafatar yang tersebar di Lembata ini dinilai mengajarkan aliran sesat pada anggotanya.
Kapolres Lembata saat itu AKBP Marthen Johannis mengatakan indikasi awal aktivitas kelompok ini menyatukan bangsa dengan mencampuradukkan ajaran-ajaran agama di Indonesia.
"Inilah yang menjadi pertanyaan, karena mereka mencampuradukkan ajaran agama. Tapi, kami sudah lapor ke pusat, dan kami diperintahkan untuk mengawasi saja kelompok ini," kata Johannis.