News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kontroversi Gafatar

Gafatar Fasih Bicara Pancasila dan Perjuangan Kedaulatan Pangan

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Gusti Sawabi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kantor Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Jalan Benteng No 3, Kelurahan Dwikora, Kecamatan Medan Helvetia, Medan, Sumatera Utara terlihat sunyi tanpa penghuni, Rabu (13/1/2015).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Direktur Eksekutif MAARIF Institute Fajar Riza Ul Haq melihat ada hal yang menarik dari organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Yang menarik, kata Fajar kepada Tribunnews.com Rabu (13/1/2016), organisasi ini mengusung mimpi kebangkitan kejayaan Nusantara dengan mengeksploitasi masa keemasan Atlantis, kerajaan Majapahit dan Demak.

"Bukan itu saja, mereka fasih bicara Pancasila dan perjuangan kedaulatan pangan sebagai pijakan menuju Nusantara Jaya," ujar Fajar.

Pemberitaan dalam Tabloid Gafatar Edisi November 2014 pun jelas memperlihatkan kerjasama mereka dengan pelbagai instansi pemerintah, TNI, dan organisasi sosial lainnya di Banten, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Gowa, Maros, Padang, Jambi, Palembang Balikpapan, Denpasar, Kendari, dan lainnya.

"Sangat mungkin mereka sudah mendapat Surat Keterangan Terdaftar (SKT) di beberapa Kesbangpol daerah. Artinya, aktivitas mereka lumayan dikenali oleh pemerintah daerah, termasuk instansi militer," jelasnya.

Fajar juga mendapat konfirmasi bahwa kelompok Gafatar menggunakan istilah-istilah yang biasa dipakai NII seperti hijrah dan pemerintah kafir, namun mereka tidak memprovokasi pengikutnya melakukan kekerasan fisik.

Tentunya, imbuhnya, publik mempertanyakan kinerja intelijen jika gerakan ini pada akhirnya dianggap merugikan masyarakat bahkan mengancam keamanan negara. Padahal sudah muncul riak-riak penolakan di beberapa daerah.

Krisis integritas dan lunturnya kepercayaaan publik terhadap negara ditengah merosotnya wibawa hukum seringkali jadi pemicu terjadinya disorientasi di tingkat masyarakat.

"Saya melihat gejala Gafatar ini merupakan simpton dari kompleksitas krisis bangsa kita hari ini yang membutuhkan kepemimpinan out of the box," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini