TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rumah bercat warna hijau di Gang Kamboja, RT 02 RW 03, Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat, tertutup rapat saat Tribunnews menyambangi rumah milik Dian.
Diketuk beberapa kali, tak ada yang keluar.
Rumah ini berlokasi tak jauh dari rumah M Ali, salah satu terduga teroris di kawasan Sarinah, Jl MH Thamrin, Jakarta.
Dian juga merupakan terduga teroris yang tewas dalam ledakan di depan Pos Pol Thamrin. Sementara Ali adalah terduga teroris yang sempat menembak seorang polisi dari jarak dekat.
Tribunnews langsung mendatangi rumah Matsani, pemilik kos-kosan yang ditempati Afif, Ahmad Muhazam dan seorang yang tak dia kenal pasti namanya.
Kos-kosan tersebut juga tak jauh dari rumah Ali. Afif dan Ahmad juga diduga pelaku teror di Sarinah.
Afif tewas bersama Ali saat baku tembak dengan polisi. Sementara Ahmad tewas meledakkan diri di Starbucks Cafe.
Menurut Matsani, ketiganya baru dua minggu menempati kamar kos paling pojok miliknya. Itu juga awalnya diantar oleh Ali, saat menyewa.
"Dia (Ali) cuma bilang kalau mereka (ketiganya) teman di pangkalan (angkot)," kata Matsani.
Matsani percaya saja, lantaran telah mengenal lama sosok Ali. Meski, Ali mengatakan ketiganya menyewa tempat itu hanya untuk sementara, sambil menunggu mess kelar. Paling lama dua minggu.
"Ali sih bilang mereka itu kerja bangunan, cari kos karena messnya belum jadi. Bakalan pidah kalau udah jadi, paling dua mingguan katanya," kata Matsani.
Seperti penyewa lainnya, ketiganya kata Matsani, cuma bawa beberapa tas. Itu pun, tak ada yang mencurigakan.
Mereka juga bersedia memberikan foto copy kartu penduduk, meski sampai beberapa hari diminta ternyata tak juga memberikannya.
"Kan harusnya bayar Rp 500 ribu per bulannya, jadi cuma Rp 300 ribu karena cuma dua minggu. Ya sudah lah ngga apa-apa, lagian cuma sebentar kan," kata Matsani.
Saat Tribun dipersilakan memantau kamar yang disewa Afif Cs di lantai dua itu, masih terdapat beberapa barang, seperti tikar, dan beberapa lembar kertas-kertas.
Di kamar atas ini, selain kamar yang disewa Afif Cs, juga terdapat tiga kamar lainnya.
Selama mengontrak, Afif dan temannya dikenal pendiam.
Begitu kata perempuan, tetangga kontrakan Afif, ketika berbincang dengan Tribun, Minggu malam.
Selain itu mereka juga sangat tertutup, dan jarang menyapa tetangga. Hanya beberapa kali, terdengar ngobrol di dalam kamarnya.
Hanya saja saat malam, Afif sering berbicara memalui telepon di halaman kamarnya.
"Waktu pertama masuk sih, beberapa kali lah angkat tas dari bawah ke kamarnya, saya lihat. Kalau saya sapa pas pulang kerja, 'mas', dia cuma senyum. Kita kan tetangga biasa lah saling sapa. Saya juga baru beberapa bulan di sini kan," ujarnya.
Dia sendiri tidak menyangka, ternyata tetangganya itu adalah pelaku teror di Sarinah. Sebab, perawakannya biasa saja. Pakaiannya pun biasa saja, seperti memakai celana pendek.
"Beberapa kali lihat pakai celana pendek. Depan pintu nongkrong. Kalau malam suka ngaji juga saya dengar. Terus sering stel lagu-lagu Arab, tapi pernah juga yang lain. Ya biasa aja saya nilainya. Nah, pas malam Kamis itu, kan saya pulang malam, emang saya denger kaya ada obrolan gitu mereka, yang satunya kaya lagi marah-marah, tapi nggak kenceng kok," ujar perempuan itu. (edwin firdaus)