Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah peristiwa teror Thamrin pada Kamis (14/1/2016) lalu, polisi mengendus akan ada lagi ancaman susulan yang pastinya lebih besar dari aksi kemarin.
Sebagai upaya antisipasi akhirnya dilakukanlah penindakan terhadap para terduga teroris di beberapa daerah seperti di Balikpapan, Cirebon, Indramayu, Tegal, dan Bekasi.
Dari belasan terduga teroris yang ditangkap, khusus di Bekasi tidak terkait aksi teror melainkan karena kepemilikan senjata api. Sementara itu, delapan dari belasan terduga teroris ini seluruhnya aktif di kegiatan radikal yang pro ISIS.
"Sejauh ini dilakukan penangkapan 14 orang, yang terkait langsung dengan aksi teror ada delapan, dengan rincian di Cirebon 3, di Indramayu 2, di Balikpapan 1 dan di Tegal dua orang. Jadi total 8 orang yang terlibat langsung," tutur Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan, Senin (18/1/2016) malam di Mabes Polri.
Jenderal bintang empat ini melanjutkan delapan orang ini ditangkap atas adanya bukti permulaan yang cukup yakni ditemukannya bendera ISIS dan bukti-bukti pendukung lainnya.
Bahkan mereka pun ikut dalam pengajian yang sering digelar oleh Amar Abdurahman (AA) yang adalah pimpinan Aman Abdurrahman yang kini mendekam di Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Amar Abdurrahman merupakan terdakwa dalam kasus pelatihan bersenjata di Aceh. Dia divonis hukuman sembilan tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada Senin 20 Desember 2010. Aman terbukti membantu pelatihan militer yang digelar di Pegunungan Jalin Jantho, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 2009 lalu
"Dulu Bahrun Naim (BN) juga merupakan anggota pengajian a Aman Abdurrahman. Tetapi setelah itu kan (Bahrun) ke Suriah. Delapan orang ini juga ikut pengajian AA. Mereka simpatisan ISIS, mereka ditangkap karena ISIS mengaku akan ada ancaman lagi. Kami belum jelas dari kelompok yang mana, jadi kelompok radikal yang ada bukti permulaan cukup, kami tekan ruang geraknya," beber Anton.