TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Frank Feulner (44) korban peledakan bom Sarinah mengatakan bahwa ada dua sosok pahlawan di dalam hidupnya saat menyelamatkan dirinya dan satu temannya yang lain saat tengah terluka akibat ledakan.
Dirinya menceritakan saat dia memecahkan jendela, ada satu mobil yang melintasi jalan Wahid Hasyim dan berhenti ketika suara tembakan terjadi.
Frank lantas berteriak untuk minta tolong.
"Tolong. Selamatkan saya. Saya minta tolong dengan sangat," ungkap Frank saat ditemui oleh Kapolri dan Mensos di RS Abdi Waluyo, Jakarta, Selasa (19/1/2016).
Frank juga menceritakan bahwa dua orang suami istri tersebut juga sempat berhenti dan mundur kembali ketika Frank meminta mereka juga menyelamatkan satu orang warga negara asing lainnya yang sedang merangkak.
"Ada satu lagi yang sedang merangkak untuk menghindari tembakan dan saya minta untuk mundur dan membawa dia," tutur Frank.
Saat mereka sampai di RS Abdi Waluyo, tim dokter yang dipimpin oleh dr. Sutrisno mengatakan bahwa di dalam mobil, hanya ada lumuran darah yang membekas dari dua orang asing tersebut dan dirinya juga tidak mengetahui kenapa mereka bisa seperti itu.
"Kami tidak tahu. Seluruh badan hanya darah saja. Sampai ke mobil-mobilnya," ujar Sutrisno.
Belakangan, dirinya baru mengetahui bahwa dua orang tersebut, satu diantaranya bernama Sinta.
Seorang alumni dari Universitas Indonesia yang kebetulan lewat saat peledakan terjadi.
Namun, sayangnya Frank dan istrinya belum dapat bertemu kembali dengan sosok pahlawan mereka.
"Sinta dan suaminya pahlawan saya dan layak diberi penghargaan oleh Presiden," tukas Frank.
Bak gayung bersambut, Kapolri meminta nomor Sinta dan berjanji akan memberikan sesuatu untuknya.
"Iya ditindaklanjuti dulu. Nanti kalau bisa dihubungi, kami akan koordinasikan kembali," kata Badrodin.