Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bertempat di sebuah aula di Humas Mabes Polri, Senin (18/1/2016), Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan mengajak awak media menonton rekaman CCTV berisi detik-detik sebelum dan saat ledakan bom.
Rekaman CCTV itu diperoleh dari gedung Jaya yang terletak di seberang gedung Sky Building dan Starbucks Coffee. Dalam rekaman itu, terlihat bagaimana aksi pelaku saat menembak polisi, masyarakat yang berkerumun, hingga membubarkan diri, kocar-kacir.
Dalam rekaman CCTV pada pukul 10.39 WIB, bom meledak pertama kali di Starbucks. Lalu hanya jeda sekitar sepuluh detik terlihat ledakan dengan kepulan asap membubung tinggi di pos Polisi.
"Saat itu di Pos Polisi ada Aiptu Dani, dia mau melaporkan ada ledakan di Starbucks, tiba-tiba di sana keburu meledak. Dan warga bukannya menyelamatkan diri, malah menonton, foto-foto, hebring sekali warga kita," ujar Anton.
Mirisnya dalam rekaman CCTV itu, setelah ledakan pertama warga di sekitar justru mengerumuni lokasi dan mendokumentasikan kejadian atau berfoto-foto ria.
Mereka tidak tampak menyelamatkan diri, malah menonton dan mendekat. Hingga akhirnya petugas memperingatkan untuk menjauh.
Dan petugas mengambil tindakan dengan arus jalan dari Patung Kuda ke arah Bundaran Hotel Indonesia ditutup, namun sebaliknya arus jalan dari arah Bundaran HI ke Patung Kuda masih buka, lalu berangsur-angsur di tutup total.
Terlihat juga dua teroris yang memakai ransel tampak berdiri di zebrakros, yang hanya berjarak sekitar empat meter dari kerumunan warga yang asyik menonton peristiwa itu.
Dan beraksilah seorang diantara teroris yang memakai ransel dan mengenakan topi berjalan ke arah kerumunan warga. Kebetulan disana ada tiga anggota Polisi Lalu Lintas yang mengamankan situasi agar warga menyingkir dari lokasi.
Seorang teroris yang mengenakan topi, tas ransel dan belakangan diketahui bernama Sunakim alias Afif berjalan dengan santai ke arah kerumunan warga,mengeluarkan senjata sambil mengekang lalu menembak satu polisi dan warga kocar-kacir berhamburan.
Setelah menembak polisi, pelaku menembak ke arah kerumunan warga. Dan satu warga sipil mengenakan baju hitam tertembak, langsung tersungkur di aspal.
Teroris lainnya beraksi, berjalan ke arah polisi yang baru tiba dari arah Patung Kuda. Sang teroris itu dengan santai menghampiri seorang Polisi Provos, namun Polisi itu sepertinya tidak mencurigai pelaku. Kemudian pelaku menembak ke arah Polisi tersebut.
Di sisi lain, tepat di area pelataran parkir mobil depan Starbucks seorang warga asing dari Kanada sudah tergeletak jatuh ditembak pelaku lainnya. Situasi di lokasi tampak cheos. Warga pada berlarian menyelamatkan diri.
"Di Pos Polisi ada tiga orang meninggal ditempat. Mereka adalah Dian, Riko dan Sugito. Kemudian di Starbucks ada empat orang yang tewas, yaitu MA, Afif (pelaku), AM dan WNA Canada," tegas Anton.
Anton menuturkan sebanyak lima anggota polisi menjadi korban atas peristiwa ini. Kondisi mereka sempat kristis namun setelah dioperasi kembali normal.
"Tidak ada Polisi yang meninggal. Jadi polisi yang ditembak di tengah perempatan lampu merah itu anggota Polantas. Dan tidak semua anggota Polantas membawa senjata api saat dinas," tambahnya.