News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ledakan Bom di Sarinah

Dibilang Ada Kejanggalan Aksi Teror di Thamrin, Ini Jawaban Kombes Krishna Murti

Penulis: Rendy Sadikin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti saat rilis kasus pembunuhan bocah di dalam kardus, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (10/10/2015). Kepolisian akhirnya meningkatkan status residivis berinisial AD dari saksi menjadi tersangka terkait kasus pembunuhan bocah PNF di Kalideres, Jakarta Barat yang di buang di dalam kardus. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM - Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti menjawab pernyataan dari Indonesia Police Watch terkait kejanggalan dalam aksi teror di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Jawaban tersebut dilontarkan oleh seorang pengguna situs jejaring sosial Facebook bernama Nita Triyana yang langsung diamini oleh Kombes Pol Krishna Murti lewat akun Facebook miliknya.

"Pak NP (Neta Pane, Ketua Presidium IPW), saya tidak perlu menjelaskan kenapa kami cepat ke TKP. Cukup FB bu Nita Triyana yang bercerita," tulis Krishna dalam akun Facebook miliknya sembari mengunggah foto pernyataan dari Nita.

Dalam akun Facebook-nya, Nita menjelaskan bahwa saat pemboman terjadi di MH Thamrin, dirinya dan Krishna Murti tengah melakukan rapat di ruangan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.

"Begitu mendengar berita bom, reaksi beliau (Krishna) kaget, loncat langsung berdiri dari tempat duduk dan lari keluar ruangan tanpa mengucapkan kata-kata pamit kepada saya dan tim. Kami ditinggal bengong di ruangannya, dan akhirnya kami melipir keluar sendiri sambil menyaksikan polisi-polisi lain juga sudah berlarian, memberikan instruksi dan pergi ke lokasi," tulis Nita dalam akun Facebook miliknya.

Nita pun menyemprot pihak IPW yang menyebut bahwa Krishna dan anggota datang 'terlalu cepat' ke lokasi kejadian, "pakai sirine terobos lalu lintas dari Semanggi ke Sarinah, 10 menit cocok."

Lalu, Nita pun menjawab pernyataan IPW yang menyebut bahwa Krishna sudah muncul tiba-tiba dengan rompi antipeluru.

"Kenapa sudah pakai rompi antipeluru? Suka nonton film-film gak sih... Biasanya detektif-detektif itu rompinya selalu siap di mobil mereka. Dan kenapa langsung beraksi? Ya namanya polisi harus selalu langsung siap beraksi! Lah masa mau ngopi-ngopi dulu di Starbucks gitu?" tulis Nita.

Pak NP; saya tdk perlu menjelaskan kenapa kami cepat ke TKP. Cukup FB bu Nita Triyana yg bercerita

Posted by Krishna Murti on Tuesday, January 19, 2016

Sebelumnya, Ketua Presidium IPW Neta S Pane berpendapat, ada lima kejanggalan dalam peristiwa ledakan bom yang terjadi di kawasan Sarinah, Kamis (14/1/2016) lalu.

"Kejanggalan pertama, kenapa rombongan Krishna Murti cepat tiba ke TKP hanya dalam 10 menit," ujar Neta dalam diskusi publik di Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (19/1/2016).

Bahkan, lanjut Neta, Krishna sudah memakai rompi antipeluru dan langsung beraksi.

"Padahal, kan dia bukan Densus. Dia (Krishna) adalah Direktur Reserse Kriminal Umum," ujarnya.

Neta mengatakan, keanehan kedua ialah Karo Ops Polda Metro Jaya Kombes Martuani Sormin begitu cepat datang ke lokasi hanya dalam waktu 10 menit.

"Kemudian, kenapa pelaku begitu tenang beraksi di ruang publik," ujar dia.

Menurut Neta, selama ini, pelaku teroris itu selalu bersembunyi.

Namun, kali ini, teroris tersebut tampil ke publik dan bergaya seperti tim Densus 88 juga.

"Kejanggalan yang keempat, kenapa setelah bom itu meledak, muncul polemik antara BIN dan polisi bahwa ini ISIS atau bukan," ungkapnya.

Neta mengatakan, keanehan kelima terletak pada pihak kepolisian.

Ia menganggap polisi tidak memaparkan tentang tim pengantar dan penjemput teroris tersebut.

"Karena kalau kita lihat dari kondisinya sangat mustahil kalau teroris itu tiba-tiba muncul. Memang dia jelangkung tidak diantar dan dijemput," ucap dia.

Sebab, Neta mengatakan bahwa pihak kepolisian sempat menemukan ada kendaraan dengan pelat D.

"Namun, temuan ini kan tidak dijelaskan. Polisi tidak transparan," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini