Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Sekjen Golkar Ahmad Doli Kurnia melihat baru enam orang yang serius melakukan persiapan dan pergerakan sebagai calon Ketua Umum PG.
Mereka adalah Ade Komaruddin, Airlangga Hartarto, Azis Syamsudin, Idrus Marham, Mahyudin dan Setya Novanto.
"Yang saya maksud serius adalah dilihat dari terlibatnya mereka dalam melakukan lobi dan mengumpulkan orang-orang DPP, bertemu dengan DPD, dan buka posko pemenangan," kata Doli melalui pesan singkat, Senin (15/2/2016).
Ia memprediksi menjelang Munas akan mengerucut kepada 3-5 nama calon saja. Namun, katanya, untuk Munas yang akan datang harus dipahami oleh kader terutama calon ketua umum.
Pertama, Munas kali ini berbeda sama sekali latar belakang, suasana dan set up nya dengan sebelumnya.
"Munas kali ini ada karena kebutuhan untuk menyelesaikan konflik serta upaya penyelamatan partai dari perpecahan dan keterpurukan," katanya.
Menurut Doli, dalam suasana seperti itu dibutuhkan adalah pemimpin yang memiliki moral kepemimpinan dan karakter kuat sekaligus bisa mengayomi.
Terkait dengan hal itu, Doli menuturkan seharusnya para Calon Ketua Umum itu dengan sadar dan jujur harus menjawab pertanyaan- pertanyaan antara lain.
"Pertama, saya akan menjadi Ketua Umum untuk kepentingan siapa? Kepentingan saya pribadi, bisnis saya, keluarga saya, kelompok saya, atau kepentingan partai?" tanya Doli.
Kedua, bila menjadi Ketua Umum, apakah menjadi benefit atau malah menjadi liability atau beban bagi partai. Ketiga, apakah punya visi, konsep, inovasi, dan kreativitas untuk memajukan partai.
Keempat, apakah siap apabila dituntut meninggalkan semua jabatan publik untuk fokus dan berkonsentrasi mencurahkan seluruh perhatian dan energi mengabdi buat partai.
Doli menegaskan ketua umum yang ideal hanya fokus mengurusi partai, tidak memiliki jabatan publik apapun.
Semua hal itu juga yang harusnya menjadi pertanyaan para pemegang hak suara kepada para Calon Ketua Umum di Munas nanti.
"Dan si para Calon Ketua Umum harus menjawabnya dengan jujur, karena siapa yang jawabannya paling jujur dan tepatlah yang akan menghasilkan jiwa kepemimpinan yang akan bisa diterima sebagai figur pemersatu," tuturnya.