News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Prahara Partai Golkar

Jelang Munas, Golkar Mulai "Panas", Muncul Isu Suap Dollar dan Pesawat "Private Jet"

Penulis: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lambang Partai Golkar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjelang Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar, situasi internal partai itu kian "memanas".

Munas Golkar mengagendakan pemilihan ketua umum Partai Golkar.

Dua isu utama mencuat menjelang Munas yakni soal isu suap ribuan dolar Singapura dari tim calon ketua umum Golkar serta penggunaan pesawat mewah "private jet" yang kabarnya digunakan kandidat calon ketua umum untuk road show keliling daerah.

Mengenai isu suap dalam bentuk dollar Singapura itu pertama kali dikemukakan Wakil Ketua Umum Golkar versi Munas Bali Nurdin Halid.

Kepada wartawan di Jakarta, Kamis (18/2/2016), Nurdin Halid yang mengaku sebagai Pelaksana Tugas (Plt) DPD I Golkar Sumatera Utara ini mendapatkan informasi dari pengurus DPD II mengenai politik uang menjelang transaksi.

Pengurus DPD II tersebut dijanjikan 10.000 Dollar Singapura bila memberikan dukungan kepada seorang bakal calon ketua umum.

"Jangan ada politik uang. Yang boleh uang transport. Pengakuan DPD II, dia dijanjikan 10 ribu Dollar Singapura," tutur Nurdin.

Tetapi, Nurdin enggan mengungkapkan identitas bakal calon ketua umum. Pasalnya, belum ada bukti kuat mengenai politik uang tersebut.

"Ini belum tentu benar. Tapi dia berjanji akan kasih bukti. Kalau ada bukti akan saya buka," imbuhnya.

Baca Berita Terkait : Nurdin Halid Akui Dengar Rayuan 10 Ribu Dolar Singapura Jelang Munas Golkar

Isu kedua yang mencuat ke permukaan mengenai penggunaan pesawat "private jet" oleh salah seorang calon ketua umum Golkar.

Bakal calon ketua umum Partai Golongan Karya Mahyudin mendukung agar Musyawarah Nasional yang akan segera digelar diawasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Oleh karena itu, KPK harus memastikan tidak ada fasilitas negara yang disalahgunakan.

"Ada yang pakai private jet silakan saja, tapi KPK harus memastikan darimana dapatnya. Jangan sampai jadi gratifikasi. Kalau saya sih naik Garuda saja," ucap Mahyudin di Banjarmasin, Minggu (13/2/2016) seperti dikutip Kompas.com.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini