TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ā€ˇWakil Ketua MPR, Mahyudin mengatakan, meski Indonesia sudah merdeka namun sesungguhnya masih dihadapkan dengan peperangan.
Jika di masa lalu di zaman penjajahan, para pejuang dulu berperang secara fisik dengan menggunaka senjata dan lawannya jelas yakni penjajah Belanda dan Jepang.
"Kalau jaman sekarang, peperangan terus berlanjut tapi bangsa ini tidak tahu siapa yang menjadi musuh, semuanya samar-samar apakah musuh apakah teman. Itulah yang namanya perang asimeteris atau perang tak berbentuk, perang ideologi. Orang asing tidak ingin bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar," kata Mahyudin dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kepada mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, di Aula Gedung Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Cilegon, Banten, Kamis ( 25/2 /2016).
"Sebab, mereka sangat memahami, bangsa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi sebuah bangsa yang besar dan maju," imbuhnya.
Mahyudin menjelaskan, mengapa orang asing begitu khawatir dengan Indonesia, sebab Indonesia sangat kaya semuanya ada antara lain, jumlah penduduk yang besar 200 juta jiwa lebih, punya sumber daya alam yang sangat berlimpah dan alam yang baik.
Menurutnya, Indonesia sangat kaya tapi anehnya Indonesia selalu bergantung pada impor bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar, itu masalahnya.
"Maka mereka melancakan perang ideologi dan perang ekonomi, kalau kita tidak mampu atasi, kita akan selalu dibawah negara-negara lain," tuturnya.
Pimpinan MPR RI, lanjut Mahyudin, sangat memperhatikan hal tersebut. Penting sekali melakukan pendalaman cinta kepada tanah air agar generasi muda itu berpikir bagaimana membangun bangsanya ini menjadi lebih baik.
"Untuk itu mahasiswa harus betul-betul memperhatikan itu. Jangan hanya teriak-teriak mengeluarkan kritik keras kepada pejabat. Generasi muda hanya harus menolak semua bentuk penyimpangan tapi harus juga melakukan penyadaran minimal dari diri sendiri jika menjadi pejabat harus jujur dan amanah, sebab tantangan bangsa ini sangat sekali ," katanya.