News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gerhana Matahari

Kenangan Guru Besar UII Saksikan Gerhana Matahari Di Ember Bersama Sang Istri

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Detik-detik terjadinya gerhana matahari di Pantai Terentang, Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, Rabu (9/3/2016). Gerhana matahari total di Pantai itu berlangsung selama 1,5 menit dan terjadi antara pukul 06.22 WIB Hingga pukul 08.35. BANGKA POS/RESHA JUHARI

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 9 Maret 2016 merupakan waktu yang bersejarah bagi langit dan astronomi Indonesia dengan terjadi peristiwa gerhana matahari total.

Peristiwa serupa sempat terjadi 33 tahun lalu, tepatnya tanggal 11 Juni 1983.

Saat itu gerhana mata hari total jalur totalitasnya melintasi Jawa.

Peristiwa langka gerhana matahari pada 33 tahun lalu tersebut menyisakan cerita lucu bagi Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UII) Edy Suandi Hamid.

Saat itu pemerintah yang sedang berkuasa mengekuarkan maklumat yang membuat takut rakyat.

Maklumat tersebut berisi larangan tidak boleh melihat langsung matahari saat gerhana matahari total terjadi.

"Wah lucu juga. waktu itu kan saya taat asas, mengikuti saran pemerintah, tak boleh melihat langsung ke mataharinya," kenangnya saat berbincang-bincang dengan Tribun, Rabu (9/3/2016).

Waktu itu ia masih menjadi wartawan dan redaktur ekonomi Harian Kedaulatan Rakyat Yogya yang juga menyuarakan imbauan pemerintah untuk tidak melihat gerhana matahari untuk menghindari kebutaan.

Namun diakui mantan pimpinan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) tersebut, saat itu rasa penasaran menyelimutinya.

Ia ingin membuktikan kebenaran aturan pemerintah akan bahayanya gerhana matahari.

Apalagi pada tahun 1983, langit Yogyakarta yang terlama dilintasi Gerhana Matahari.

Dia masih ingat saat itu banyak pakar dan astronom dunia berbondong-bondong datang ke Yogya untuk melihat Gerhana di Sekitar Candi Borobudur.

Bercampur rasa takut, Edy yang baru menikah memberanikan diri menyaksikan fenomena alam bersama isterinya.

"Akhirnya saya dan keluarga di Yogya mengeluarkan ember berisi air dan ditaruh di depan rumah dan beramai ramai melihat gerhana dari ember tersebut," kenangnya lalu tertawa.

Lanjut dia "Tak berani melihat langsung. Siapa berani dengan risiko kebutaan total."

Ditambah lagi saat itu kampanye untuk tidak melihat momen sangat istimewa itu menebarkan ketakutan akan adanya sanksi.

"Memang ada siaran lamgsung dari TVRI, televisi yang lain belum ada tahun 1983 itu. namun rasanya kurang puas kalau melihat tv."

"Makanya keluarkan ember itu, menonton dengan istri yang kala itu masih muda dan cantik," ujar dia lalu tertawanya mengenang kejadian 33 tahun lalu itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini