Laporan Wartawan Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tenaga kesehatan yang berlatarbelakang pendidikan fisioterapi saat ini sangat dibutuhkan.
Pasalnya, saat ini di Indonesia baru ada antara 7000-8000 orang, padahal kebutuhan tenaga itu jauh lebih besar.
"Di Thailand dan Jepang, perbandingannya satu fisioterapi melayani 15 ribu, bahkan di Australia 1 orang bisa melayani 4000 orang," kata S. Indra Lesmana SKM S.Ft M, Dekan Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul di RS Premier Bintaro, keahlian kepada Tribunnews belum lama ini.
Walaupun sudah banyak perguruan tinggi, namun belum mampu mengejar jumlah idealnya. Tiap tahun kampus di Indonesia baru meluluskan 400 sarjana fisioteraphi.
"Bahkan, lulusannya jarang menganggur, karena langsung diserap pasar kerja karena kebutuhannya memang banyak," katanya.
Lesmana menyebut ada perubahaan pola lokasi kerja para fisioterapi ini. Sampai tahun 2000 umumnya mereka bekerja di rumah sakit.
"Setelah itu, mereka mulai membuka klinik privat, tahun 2006 memulai merambah kerja di fitnes centre, olah raga. Bahkan di luar negeri, di ajang NBA memiliki seorang fisioterapi olahraga khusus," katanya.
Fisioterapi pekerjaannya beda dengan tukang pijat. Jika tukang pijat cukup membuat kita bisa rileks, fisiotheraphis bagaimana mengembalikan bagaimana bisa berfungsi secara normal.
"Fisioterapi akan membantu seseorang yang alami kecelakaan agar bisa jalan, seorang atlet yang alami masalah bahu mengembalikan kondisi normal," katanya.
Umumnya, para mereka ini berhubungan dekat dengan dokter orthopedi.
"Biasanya fisioterapi akan bertugas pascapasien mendapatkan pelayanan kesehatan dari dokter spesialis orthopedi," katanya.