TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Drone ciptaan Yulian Paonganan, tersangka penyebar konten pornografi yang ditangkap polisi, kini dalam proses akhir. Setelah itu, pesawat tanpa awak ini akan diserahkan kepada Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Adhitya Anantaka, staf Ongen panggilan akrab Yulian Paonganan, mengatakan drone yang bakal digunakan untuk wilayah perbatasan Indonesia dan Natuna sedang proses finishing.
"Sudah 95 persen pengerjaan, sebentar lagi kami akan serahkan ke Kemenhan," kata Adhit kepada wartawan, di Jakarta, Senin (28/3/2016).
Sebelum diserahkan, Adhit mengatakan pihaknya akan melakukan uji sistem internal terlebih dahulu untuk memastikan Drone yang akan diserahkan sempurna.
"Uji sistem internal kami lakukan, sehingga pada saat uji sistem yang dilakukan oleh pihak Kemenhan bisa berjalan maksimal," katanya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan komunikasi dengan Ongen yang kini berada di tahanan lantaran diduga melanggar UU Pornografi dan UU ITE, tetap dilakukan.
"Pada saat hari besuk kami hadir untuk mendapat arahan. Ini dilakukan terus agar proses produksi bisa sempurna. Dia tetap bertangungjawab, karena hasilnya ini agar bisa menjadi kebanggaan untuk bangsa Indonesia," katanya.
Dari 3 unit Drone yang menjadi pesanan Kemenhan, Adhit menjelaskan hampir semuanya sudah dalam proses finishing.
"Untuk perbatasan dan Natuna hampir bisa dipastikan sudah proses akhir. Doakan semuanya berjalan maksimal," kata Adhit.
Diketahui, Drone yang diciptakan oleh Ongen setelah melakukan riset selama hampir 2,5 tahun tersebut memiliki spesifikasi canggih. Selain bisa terbang dan mendarat di air, Drone ini memiliki daya jelajah yang cukup luas.
Adhit melanjutkan, drone buatan Ongen yang bakal digunakan untuk pengawasan perbatasan darat memiliki dimensi wing spans (bentang sayap) 4,2 meter, sedangkan drone yang bakal dipakai untuk kawasan ZEE Natuna ukurannya lebih besar, yakni memiliki wing spans 6,4 meter.
“Setiap unit terdiri atas satu mobile GCS (Ground Control Station) dan dua set pesawat. Mobile GCS untuk drone perbatasan berupa truck box yang dilengkapi perangkat system control monitor, sedangkan mobile GCS untuk drone pengawasan ZEE Natuna berupa kapal karena akan lebih banyak di operasikan di laut," katanya.