Tim programmer ICIJ menciptakan mesin pencari online atau search engine yang membuat penyisiran dokumen menjadi lebih mudah.
Setelah resmi menjadi partner, tim tersebut bekerja dalam sebuah sistem komputer rumit untuk saluran komunikasi dan transfer data yang dibuatkan oleh ICIJ.
Sebab, tidak semua data dapat dikirimkan dengan surat elektronik dan untuk menjaga kerahasiaan investigasi.
"Dibuatkan sebuah sistem yang rumit teknis. Yaitu, sebuah saluran komunikasi rahasia yang dibangun dengan enkripsi berlapis sehingga tidak semua orang bisa mengakses. Jadi, hanya memasukkan password saja tidak bisa, tapi harus diverifikasi dengan nomor (sandi) tertentu melalui handphone kita. Ada nomor tertentu yang dikirimkan untuk verifikasi di handphone. Jadi, dibuat agak rumit," paparnya.
"Lewat saluran komunikasi itu kami bisa chat, mengirim data, dokumen bentuk PDF, video, film dan sebagainya," sambungnya.
Menurutnya, pihaknya 'bolak-balik' memverifikasi data dalam setahun melalui saluran komunikasi tersebut sehingga memperoleh kevalidan data orang tertentu. Itu dikarenakan data dalam Panama Papers terbilang variatif.
"Dokumen Panama papers itu bentuknya bermacam-macam, tapi umumnya dalam bentuk email. Anda tahu sendiri, bahasa di email terkadang hanya diketahui oleh si pengirim dan si penerima. Semula ditelusuri siapa pengirim emailnya dari IP adress-nya. Misalnya email dari Indonesia. Jadi, itu kami cek satu per satu berdasarkan negara masing-masing," ujarnya.
Menurutnya, Tempo mendapatkan 800-an nama warga Indonesia yang menjadi klien Mossack Fonseca setelah memverifikasi 11,2 juta data dari ICIJ. Proses verifikasi dilakukan secara bertahap.
"Itu bertahap, sedikit demi sedikit. Karena isi data dokumen tidak mudah, semisal isi email si akun dari Fonseka itu berisi, 'Saya sudah kirim duit Rp 2 miliar'. Lalu dibalas dari sana (Mossack Fonseca), 'Ok, sudah kami terima'. Lalu dibalas lagi sama si klien, 'Tolong tanggal pengirimannya dimundurkan', mungkin untuk hindarkan sesuatu. Lalu, dimunculkan bukti transfernya. Bukti transfernya itu pakai PDF. Tapi, siapakah orang ini (klien Fonseka)? Nah, lalu dilihat IP adress-nya. Ternyata dari Indonesia. Lalu, ICIJ tidak tahu sehingga dikirim ke teman-teman anggota di Indonesia. Lalu, kami bantu cek. Jadi, bertahap," paparnya.
"Sebagian besar mereka adalah pengusaha, bidangnya macam-macam. Sebab, seorang pengusaha bisa punya usaha beberapa bidang. Misal pengusaha A bukan pengusaha tambang saja, dia juga punya bisnis restauran. Jadi, sumir kalau dikategorikan bidangnya," ujarnya.
Setelah verifikasi tersebut, tim Tempo melakukan investigasi dengan beberapa cara dan tahapan, di antaranya riset.
"Kami pakai research (riset), mulai cari data sekunder di internet, tanya ke orang-orang terkait, hubungi orang lembaga-lembaga yang dianggap tahu dan bisa menjelaskan, lalu kami kawinkan ke data di database kami, lalu kami serahkan ke ICIJ," ujarnya.
Adapun konfirmasi kebenaran isi dokumen ke nama-nama yang ada dalam daftar 800-an nama tersebut dilakukan menjelang media massa yang menjadi partner ICIJ melansir data Panama Papers pada 4 April 2016.
Hal itu dilakukan demi menjaga kerahasian kerja tim investigasi.